[:id]Uji Performans merupakan seleksi awal memilih pejantan berdasarkan sifat kualitatif dan kuantitatif yang meliputi pengukuran, penimbangan dan pengamatan. Tahun 2011 pernah dilakukan uji performans pada Sapi Bali sebanyak 61 ekor oleh Patmawati, Ni Wayan,dkk. Uji Performans dilakukan pada sapi jantan fase pertumbuhan cepat (umur 1 tahun) dengan membandingkan antara penampilan individu dengan penampilan rata-rata kelompoknya. Jumlah ternak yang dikenakan uji performans. Berdasakan hasil uji performans, tiga performans terbaik yaitu nilai 113,30, 109,46, dan 104,20 dipilih sebagai calon pejantan potensial untuk uji Zurait (uji progeni) selanjutnya. Ketiga ternak ini direkomendasikan sebagai calon pejantan untuk uji Zuriat (uji progeny).

 

Uji performans merupakan salah satu metode uji pada ternak untuk mengetahui sejauh mana tingkat performans atau penampilan sapi untuk memperoleh penampilan terbaik yang kemudian diturunkan pada anaknya saat uji lanjutan ( uji Progeny). Pada tahapan ini, sapi jantan yang diuji berada pada kisaran umur 1 – 2 tahun sehingga baru memasuki tahap awal pertumbuhan yang optimal sebelum mencapai dewasa kelamin. Dengan mengetahui perkembangan dan pertumbuhan ternak pada saat uji maka akan diperoleh gambaran calon pejantan yang memiliki produktivitas tinggi dan berkualitas. Metode pengujian yang dilaksanakan adalah memilih ternak bibit berdasarkan sifat kualitatif dan kuantitatif yang meliputi (1) pengukuran yaitu panjang badan,tinggi gumba, dan lingkardada, (2) penimbangan yaitu berat badan, berat lahir, berat sapih (205 hari), berat setahun, dan berat 2 tahun, (3) pengamatan yaitu warna rambut, bentuk rangka, bentuk kepala, bentuk kaki, bentuk kuku, bentuk skrotum, dan kelainan yang lain seperti ekor panjut, cundang, dan injin. Ternak hasil uji performans direkomendasikan untuk mengikuti uji lebih lanjut dalam uji keturunan (progeny test) (Anon, 2007). Karakteristik yang harus dipenuhi dari sapi Bali murni adalah warna putih pada bagianbelakang paha, pinggiran bibir atas, dan pada kaki bawah mulai tarsus dan carpus sampai batas pinggir atas kuku, rambut pada ujung ekor hitam, rambut pada bagian tengah telinga putih, terdapat garis belut pada punggung, bentuk tanduk jantan silak congklok yaitu jalannya pertumbuhan tanduk mula-mula keluar dari dasar sedikit lalu membengkok ke atas dan pada ujung tanduk tersebut membengkok keluar, dan tanduk berwarna hitam (Hardjosubroto, 1994).

Melihat kenyataan tersebut, dalam upaya pengembangan ternak sapi Bali di suatu wilayah tertentu perlu dilengkapi dengan rancangan peningkatan mutu genetik ternak (Samariyanto. 2004). Uji Performan sangat diperlukan untuk mempersiapkan dan mengintroduksi ternak unggul pada daerah-daerah potensial sumber bibit dengan menyiapkan pejantan unggul. (Sitorus et al., 1995). (DRw)

 

DAFTAR PUSTAKA

Patmawati, Ni Wayan., Trinayani, Ni Nyoman., Siswanto, Mahmud., Wandia, I Nengah., Puja, I Ketut., Eary Selection of Bali Cattle Stud Based on Performance Test., Jurnal Ilmu dan Kesehatan Hewan, Pebruari 2013

Harjosubroto.1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,Jakarta

Samariyanto. 2004. Alternatif kebijakan perbibitan sapi potong dalam era otonomi daerah. Lokakarya Nasional Sapi Potong. https://balitnak.litbang.deptan.go.id

Sitorus P, Subandriyo, Prasetyo LH, Rachmawati S, Tambing SN, Gunawan A, dan Setiadi B. 1995. Pengaruh Penyebaran Berbagai Jenis Pengembangan Ternak Sapi melalui inseminasi Buatan Terhadap penyebaran dan pengembangan Ternak Sapi di Kawasan Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

 [:]