Belakangan ini kita selalu akrab dengan kabar-kabar seputar virus corona (COVID-19). Bagaimana jalur infeksi yang mungkin terjadi, cara pencegahannya, serta gejala yang mungkin ditimbulkan. Padahal, masih banyak dari kita yang belum memahami apa itu virus dan bagaimana sifat-sifatnya.
Virus adalah agen infeksius terkecil yang memiliki ukuran diameter sekitar 20 sampai 300 nano meter. Tidak seperti bakteri yang memiliki dua jenis asam nukleat, virus hanya memiliki salah satu asam nukleat yakni RNA saja atau DNA saja. Virus hanya dapat ber replikasi pada sel yang hidup sehingga virus yang ada pada udara, air dan lingkungan kita tidak dapat ber-replikasi (bertambah jumlahnya) sampai menemukan inang hidup yang memiliki reseptor sesuai untuk virus tersebut.
Kandungan asam nukleat virus dibungkus oleh cangkang protein yang dikelilingi oleh membran berlemak, oleh karena itu virus sangat rentan terhadap zat-zat yang dapat melarutkan lemak misalnya alkohol atau ditergent. Untuk virus Corona sendiri, pakar virus dari Universitas Brawijaya (UB) Malang dr. Andrew William Tulle M.Sc. menyampaikan bahwa virus Corona memiliki selubung di bagian luar berupa “envelope” dan apabila selubung tersebut rusak, maka virus akan menjadi inaktif. Akan tetapi jika dibandingkan virus lain yang juga memiliki envelope , selubung pada virus Corona memiliki kemampuan bertahan yang lebih baik pada lingkungan. Faktor yang menyebabkan virus Corona lebih stabil masih belum jelas sampai saat ini. Unit virus lengkap dengan pembungkusnya biasanya disebut dengan nama virion. Virion bertugas mentransfer asam nucleat virus dari satu sel inang ke sel yang lain.
Struktur virus sangat berbeda dengan bakteri, sehingga virus menjadi lebih kebal terhadap obat-obatan antibiotika. Namun, infeksi virus rentan dikalahkan oleh sel-sel imun tubuh kita atau tubuh inangnya, dan orang atau hewan yang sudah berhasil sembuh dari infeksi virus akan membentuk kekebalan tubuh sehingga mampu bertahan dari serangan selanjutnya.
Pada lingkungan ada banyak hal yang dapat merusak virus, diantaranya kondisi suhu, kelembaban, pH, radiasi, detergent, dan zat-zat kimia tertentu. Umumnya kemampuan infeksi virus dapat rusak dengan pemanasan pada suhu 50-60 derajat celcius selama 30 menit (meskipun ada beberapa jenis virus yang tahan terhadap pemanasan). Dilihat dari segi pH, hampir semua virus akan rusak pada kondisi basa. Hasil penelitian terbaru di National Institute of Health (NIH) Amerika Serikat, virus Corona dapat bertahan di lingkungan selama delapan jam. Selain itu, virus dapat bertahan cukup lama pada permukaan benda mati, bahkan masih dapat terdeteksi pada besi dan plastik hingga 72 jam, namun jumlahnya sudah turun hingga sepertiganya meskupin belum diketahui apakah virus masih berbentuk infeksius atau tidak.
Sumber:
Veterinary Microbiology, 1999.
Jawa Pos, Radar Malang, 31 Maret 2020