[:id]Jurnal Annisa Nyuwita 1), Trinil Susilawati 2), Nurul Isnaini 2)

 

 BAB I

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang

Inseminasi Buatan (IB) merupakan proses perkawinan yang dilakukan dengan campur tangan manusia, yaitu memasukkan semen ke dalam saluran reproduksi betina agar terjadi proses fertilisasi. Prosedur pelaksanaan IB mulai dari pengamatan birahi, handling semen beku, thawing semen beku sampai dengan pelaksanaan inseminasi sangat mempengaruhi keberhasilan perkawinan. Metode thawing semen beku menjadi salah satu faktor yang sangat menentukan karena penggunaan metode thawing yang tidak tepat akan menyebabkan kerusakan spermatozoa menurunkan kualitas semen (Evans dan Maxwell, 1976).

Spermatozoa beku memiliki keunggulan yaitu dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, namun memiliki kelemahan yaitu kualitas spermatozoa dapat menurun setelah diencerkan dikarenakan selama proses pembekuan, spermatozoa melewati berbagai suhu ekstrim yang dapat menurunkan kualitas spermatozoa (Komariah et al. 2013).

  • Rumusan Masalah

Bagaimana kualitas spermatozoa setelah dilakukan post thawing ?

  • Tujuan

Untuk mengetahui kualitas spermatozoa setelah dilakukan post thawing.

  • Manfaat
  1. Mempelajari proses thawing spermatozoa.
  2. Mengetahui persentase spermatozoa yang hidup setelah dilakukan post thawing.
  3. Mengetahui kualitas secara makroskopis dan mikroskopis.

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

  • Inseminasi Buatan (IB)

Inseminasi Buatan (IB) merupakan suatu cara untuk memasukkan spermatozoa dari ternak jantan ke dalam saluran reproduksi kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus. Tujuan dari pelaksanaan IB yaitu untuk meningkatkan produksi dan produktivitas (pembibitan) ternak yang dimiliki dengan memanfaatkan seekor hewan jantan unggul (pejantan) secara maksimal (Afiati et al. 2013).

IB ini akan lebih berdaya guna apabila anak yang dihasilkan berjenis kelamin sesuai dengan keinginan dan tujuan pengembangan peternakan memprioritaskan anak berjenis kelamin dengan tujuan menghasilkan ternak potong atau penghasil daging. Salah satu upaya untuk menghasilkan anak sesuai harapan adalah dengan melakukan pemisahan spermatozoa sebelum di inseminasikan (Sariadi et al. 2014).

  • Thawing

Thawing merupakan pencairan kembali semen yang telah dibekukan sebelum dilakukan IB. suhu dan lama thawing mempunyai pengaruh besar terhadap keadaan spermatozoa khususnya keutuhan spermatozoa dalam semen. Kombinasi suhu thawing yang baik adalah dapat mencegah kerusakan spermatozoa, sehingga tetap memiliki kemampuan membuahi ovum yang tinggi. Metode thawing yang dikembangkan beragam. Deka dan Rao (1987) menyatakan bahwa suhu thawing di atas 37 ËšC akan meningkatkan daya hidup spermatozoa, tetapi apabila melebihi batas waktu kritis akan bersifat fatal pada sel spermatozoa. Persentase motilitas tertinggi diperoleh pada suhu thawing 37 ËšC (Pace dkk,1981). Suhu yang tinggi dalam media thawing akan menyebabkan proses metabolisme spermatozoa menjadi tingg sehingga memerlukan energi yang tinggi pula (Soepriondho, 1985).

  • Proses Thawing Semen

      Berikut adalah proses thawing antara lain :

  • Straw di thawing dalam waterbath pada suhu 37 ËšC
  • Straw dipegang secara vertikal, ujung filter di bawah dan penutup (segel) di atas.
  • Straw di potong pada bagian atas dengan gunting agar gelembung udara ditengah straw berpindah ke atas
  • Teteskan semen sebanyak satu tetes pada gelas objek kemudian diperiksa dengan mikroskop utnuk mengetahui kualitas sesudah thawing.

 

  • Pemeriksaan Semen

Pemeriksaan semen terdiri dari :

  1. Bau saat normalnya khas, tajam dan tidak berbau
  2. Warna normal yakni seperti lem, kanji atau putih kelabu
  3. Volume : semen pada sapi dan domba mempunyai volume rendah tetapi konsistensinya tinggi, sedangkan semen kuda dan babi merupakan cairan yang lebih voluminous tetapi dengan konsentrasi sperma rendah.
  4. Koagulasi : semen normal setelah ejakualsi segera menggumpal. Bila langsung encer ketika ditampung berarti ada gangguan pada vesikula seminalis
  5. Viskositas : kekentalan semen diperiksa dengan alat yang disebut viscometer. Secara sederhana dapat dilakukan dengan jalan mencelupkan batang kaca ke objek yang sudah ditetei semen, diangkat pelan diukur tinggi benang yang terjadi antra batang kaca dan objek sampai batas putus, dan normalnya 3 – 5 cm.
  6. pH : semen diteteskan dengan batang kaca pada kertas PH berukuran warna petunjuk, dan setiap spesies warna tersebut berbeda – beda.
  7. Motilitas : Jumlah yang bergerak maju ialah jumlah spermatozoa semua dikurangi jumlah mati. Dianggap normal jiak motil laju > 40 %. Menurut Rehan et al. yang normal % motilnya ialah 63 ± 16 SD dengan range 10 – 95, namun penelitian melaporkan spermatozoa yang tidak bergerak belum tentu mati, mungkin ada sesuatu zat cytotoxin atau antibodi yang membuat nya tidak bergerak.
  8. Morfologi : Semen diwarnai dengan giemsa untuk melihat morfologinya, faktor yang membuat abnormal : penyakit alergi, terlalu sering ejakulasi, gangguan pada epididimis, stress dan gangguan hormonal dan saraf (Wildan., 1992).

  

BAB III

MATERI DAN METODE PELAKSANAAN

 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan di Balai Inseminasi Buatan Daerah Ungaran. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2014 – Februari 2015.

  • Materi Pelaksanaan

Materi yang digunakan pada penelitian adalah kualitas semen segar dari 8 ekor sapi Simmental yang berumur 3,4,7, dan 8.

  • Metode Pelaksanaan

Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah studi kasus. Data yang diambil adalah data sekunder dari catatan produksi semen dan kualitas semen sapi Simmental di BIBD Ungaran. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling (secara sengaja).

  • Variabel Pengamatan

Variabel yang diamti dalam penelitian ini antara lain: volume semen (ml), Ph, motilitas massa, persentase motilitas individu (%), konsentrasi spermatozoa (juta/ml), total spermatozoa (juta), dan total spermatozoa motil (juta).

  • Analisis Data

Data dianalisis secara Anova dan rancangan Nested Design. Apabila hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan yang nyata atau sangat nyata akan dilanjutkan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ).

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 4.1. Data Rata-Rata Volume Semen Sapi Simmental Berdasarkan Perbedaan Umur

No. Umur Rata-Rata Volume
1 3 6,9
2 4 7,3
3 7 7,8
4 8 9,2

 

Superskrip huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Hasil analisis ragam menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (P<0,01), antara volume semen sapi Simmental pada umur yang berbeda. Hal ini sesuai dengan penelitian Fuerst-waltl et al. (2006) yang menyatakan bahwa umur memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap volume semen sapi Simmental Australia, serta dikuatkan oleh hasil penelitian Dewi, Ondho dan Kurnianto (2012) yang menyatakan umur memberikan pengaruh yang signifikan terhadap volume sapi jawa. Volume semen terendah pada kelompok sapi berumur 3 tahun, memasuki umur 4 dan 7 tahun mengalami peningkatan hingga puncak pada umur 8 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Ismaya (2014) yang menyatakan bahwa semakin tua umur sapi maka produksi semen sapi akan meningkat, karena umur berkorelasi dengan besar testis. Semakin besar testis, maka tubuliseminiferi akan semakin banyak dan produksi sel spermatozoa akan meningkat. Hasil penelitian Paldusova et al. (2014) menyatakan pada kelompok umur >5 tahun menunjukkan hasil optimal dan pada umur <2 tahun menunjukkan hasil terendah.

No. Umur Rata-Rata pH
1 3 6,4
2 4 6,5
3 7 6,5
4 8 6,5

4.2. Data Rata-Rata pH Semen Sapi Simmental Berdasarkan Perbedaan Umur

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05) antara pH semen sapi Simmental pada umur yang berbeda. Hal ini sesuai dengan penelitian Dewi dkk. (2012) yang menyatakan bahwa hasil uji pH pada semen sapi Jawa pada umur yang berbeda menunjukkan tidak terdapat perbedaan. Berbeda dengan pH semen kerbau dari hasil penelitian Kiani et al. (2014) yang menyatakan bahwa pH semen pada kerbau kundhi berumur < 5 tahun akan menghasilkan pH semen terendah 6,39 apabila dibandingkan dengan pH semen kerbau pada umur 6-8 dan > 8 tahun 6,71 dan 6,87.

 

4.3. Data Rata-Rata Motilitas Massa Semen Sapi Simmental Berdasarkan Perbedaan Umur

No. Umur Rata-Rata Motilitas Massa
1 3 2
2 4 2
3 7 2
4 8 1,8

 

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05) motilitas massa semen sapi Simmental pada umur yang berbeda. Hal ini sesuai dengan penelitian Wahuningsih, Saleh dan Sugiyatno (2013) menyatakan bahwa umur tidak memberikan pengaruh terhadap motilitas massa semen sapi Simmental. Hasil pemeriksaan rata-rata motilitas massa yang dihasilkan sapi Simmental pada umur yang berbeda adalah 1,94±0,14. Hal ini menunjukkan bahwa semen memiliki motilitas normal, Hafez (2008) menyatakan bahwa motilitas massa semen sapi adalah 2+ sampai 3+.

 

4.4. Data Rata-Rata Motilitas Individu Semen Sapi Simmental Berdasarkan Perbedaan   Umur

No. Umur Rata-Rata Motilitas Individu
1 3 72,1
2 4 71,3
3 7 70,3
4 8 66,3

 

Superskrip huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Hasil analisis rancangan ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara persentase motilitas individu semen sapi Simmental pada umur yang berbeda. Hal ini sesuai dengan penelitian Fuerst-waltl et al. (2006) umur memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase motilitas individu yang dihasilkan sapi Simmental. Didukung penelitian Brito et al. (2002) menyebutkan bahwa peningkatan umur memberikan pengaruh yang signifikan terhadap persentase motilitas spermatozoa (P<0,01) dan peningkatan spermatozoa abnormal (P<0,01). Pada umur 3 tahun persentase motilitas individu sapi Simmental tertinggi, semakin menigkat umur persentase motilitas semen semakin menurun. Hasil penelitian Lestari dkk. (2013) menyatakan bahwa hasil persamaan garis regresi antara umur dengan presentase motilitas individu menunjukkan adanya penurunan secara perlahan setelah umur 100 minggu dan mengalami peningkatan kembali pada usia diatas 300 minggu (5-7 tahun).

 

4.5. Data Rata-Rata Konsentrasi Semen Sapi Simmental Berdasarkan Perbedaan   Umur

No. Umur Rata-Rata Konsentrasi
1 3 1.703,3
2 4 1.612,2
3 7 1.450,7
4 8 1.254,6

 

Superskrip huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa umur memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap konsentrasi spermatozoa sapi Simmental. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Lestari dkk. (2013) yang menyatakan bahwa umur mempengaruhi konsentrasi spermatozoa (P<0,01). Didukung penelitian Addass (2011) yang menyatakan bahwa umur memberikan pengaruh (P<0,01) terhadap cadangan spermatozoa didalam testis dan epididimis, pada kelompok umur > 4 tahun akan memiliki cadangan spermatozoa tertinggi yaitu sebesar 136,66±2,19 x 109 ml-1, dari pada umur 3 kelompok umur lainnya yaitu 1,5-2 tahun; 2,5-3 tahun dan 3,3-4 tahun memiliki cadangan spermatozoa didalam testis secara berturut-turut 123,35, 120,95, dan 130,52 juta/ml.

4.5 Data Rata-Rata Total Spermatozoa Semen Sapi Simmental Berdasarkan Perbedaan   Umur

No. Umur Rata-Rata Total Spermatozoa (juta)
1 3 11.586,5
2 4 10.468,1
3 7 12.593,6
4 8 11.570,2

 

Superskrip huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa umur memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap total spermatozoa sapi Simmental. Sesuai dengan penelitian Brito et al. (2002) yang menyatakan bahwa umur memberikan pengaruh yang signifikan terhadap total spermatozoa yang dihasilkan sapi Simmental. Didukung oleh penelitian Adhyatma dkk. (2013) yang menyebutkan bobot badan dapat memberikan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap total spermatozoa. Sapi Simmental pada kelompok umur 7 tahun menunjukkan total spermatozoa tertinggi dibandingkan dengan kelompok umur 3, 4 dan 8 tahun. Volume semen dan konsentrasi spermatozoa dapat mempengaruhi total spermatozoa yang dihasilkan, sehingga semakin tinggi volume semen dan konsentrasi spermatozoa maka total spermatozoa akan semakin banyak dan meningkatkan total dosis semen beku yang dihasilkan. Semakin tinggi total spermatozoa maka semen beku yang dihasilkan akan semakin tinggi.

 

4.6 Data Rata-Rata Total Spermatozoa yang Motil Semen Sapi Simmental Berdasarkan Perbedaan   Umur

No. Umur Rata-Rata Total Spermatozoa Motil (juta)
1 3 8.341,8
2 4 7.471,7
3 7 8.857,6
4 8 7.820,3

 

Superskrip huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P<0,05). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa umur memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap total spermatozoa motil sapi Simmental. Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian Brito et al. (2002) menyatakan bahwa umur memberikan pengaruh yang signifikan terhadap total spermatozoa motil yang dihasilkan sapi Simmental. Adhyatma dkk. (2013) menyebutkan bahwa bobot badan yang berbeda tidak menghasilkan spermatozoa motil semen segar yang berbeda (P>0,05). Hasil total spermatozoa diperoleh dengan cara mengalikan persentase motilitas individu dengan total spermatozoa. Total spermatozoa motil semen sapi Simmental pada kelompok umur 3 tahun memiliki rata-rata 8.341,8±1.282,5 juta spermatozoa, umur 4 tahun memiliki rata-rata 7.471,7±845,6 juta spermatozoz, umur 7 tahun memiliki rata-rata 8.857,6±662,7 juta sel dan umur 8 tahun memiliki rata-rata 7.820,3±2.229,4 juta spermatozoa. Sapi Simmental pada umur 7 tahun menunjukkan total spermatozoa motil tertinggi dibandingkan dengan kelompok umur 3, 4 dan 8 tahun, karena umur yang meningkat dapat menurunkan persentase motilitas spermatozoa dan konsentrasi spermatozoa yang dihasilkan sapi Simmental.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Simpulan yang dapat diambil dari penelitian diatas adalah:

  1. Semakin menigkatnya umur sapi Simmental mengakibatkan peningkatan volume semen, akan tetapi terjadi penurunan persentase motilitas individu dan konsentrasi spermatozoa, namun untuk pH dan motilitas massa tidak menunjukkan perbedaan dan total spermatozoa motil mengalami penurunan setelah umur 3 tahun dan mengalami peningkatan pada umur 7 tahun.
  2. Semakin meningkat umur sapi Simmental mengakibatkan penurunan jumlah straw semen beku.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian diatas, saran yang dapat disarankan adalah dalam pemeliharaan pejantan minimal berumur 3 tahun agar mendapatkan produksi straw semen beku tinggi dan meningkatkan efisiensi biaya produksi yang dikeluarkan. (DRw)

 

DAFTAR PUSTAKA

Afiati F, Herdis, Said S. 2013. Pembibitan Ternak Dengan Inseminasi
Buatan. Penebar Swadaya,Jakarta.

Dewi, S.A., Ondho, Y. S. dan Kurnianto, E. 2012. Kualitas semen berdasarkan umur pada sapi JawaAnimal Agriculture Journal. 1(2): 126-133.

Fuerst-Waltl, Birgit., Schwarzenbacher, Hermann., Perner, Christa and Solkner, Johann. Effect og age ang environmental factors on semen production and semen quality of Australia Simmental bullsAnimal Reproduction Seience. 95: 27-37. Hafez, E.S.E. 2008. Artificial Insemination. In Reproduction In Farm Animals. E.S.E. Hafez (editor) 7th Edition. Lea and Febiger: 376 – 390.

Hafez B,HafezESE. 2004. Reproduction in Farm Animals. 7th Edition.
Reproductive Health Center. IVF Andrology Laboratory. Kiawah
Island, South Carolina, USA.

Komariah, Arifiantini I, Nugraha FW. 2013. Kaji banding kualitas
spermatozoa sapi simmental, limousin, dan friesian holstein terhadap
proses pembekuan. Buletin Peternakan 37(3): 143-147.

Partodiharjo S. 1992. Fisiologi Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber
Widya-IPB,Bogor.
Sariadi, Dasrul, Akmal, M. 2014. Rasio jenis kelamin kelahiran anak
kambing Peranakan Ettawa (PE) hasil inseminasi buatan
menggunakan spermatozoa swim up. Agripet14 (2): 132-138.

Wahyuningsih, A., Saleh, D. M., dan Sugiyatno. 2013. Pengaruh Umur Pejantan dan Frekuensi Penampungan Terhadap Volume dan Motilitas Semen Segar Sapi Simmental Di Balai Inseminasi Buatan Ungaran. Jurnal Ilmiah Peternakan. 1(3): 947-953.

 

 [:]