KELAHIRAN NORMAL

Pengetahuan akan kelahiran normal sangat penting bagi kebidanan veteriner untuk mengetahui derajat abnormalitas yang ditunjukkan oleh suatu kasus distokia. Hal ini juga akan memberikan petunjuk kepada fakta penting lain seperti prospek kelahiran dan ketahanan hidup fetus jika kelahiran sampai tertunda.

INISIASI KELAHIRAN

Fetus bertanggung jawab untuk inisiasi kelahiran pada spesies hewan domestik. Jalur endokrin terlibat secara bervariasi di antara spesies-spesies. Peningkatan produksi hormon cortisol fetus terjadi sebagai akibat perubahan dan matangnya bagian hypothalamus-pituitary-adrenal dari fetus. Hal ini diperkirakan merupakan akibat dari stres fetus, yang terjadi karena plasenta semakin berkurang kemampuannya untuk mensuplai kebutuhan fetus yang berkembang dan semakin tumbuh. Kejadian endokrin yang mendahului suatu kelahiran, dapat disimpulkan berikut ini:

  1. Meningkatnya produksi Corticotropin Realeasing Hormon (CRH) oleh otak fetus
  2. Meningkatnya produksi Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) oleh kelenjar pituitary fetus.
  3. Meningkatnya produksi cortisol oleh kelenjar adrenal fetus
  4. Konversi progesterone plasenta menjadi estrogen
  5. Estrogen menstimulasi produksi prostaglandin F2α (PGF2α) oleh myometrium dan juga menginduksi relaksasi cervix
  6. PGF2α menginduksi kontraksi myometrium, yang juga meningkatkan tekanan intrauterus dan pergerakan fetus menuju cervix, mengakibatkan pembukaan cervix yang lebih lanjut.
  7. Oksitosin dilepaskan oleh kelenjar pituitary posterior induk karena cervix terdilatasi oleh fetus (reflex Ferguson)
  8. Oksitosin menginduksi kontraksi myometrial yang lebih lanjut.

Hormon polipeptida relaxin diproduksi oleh plasenta atau korpus luteum maternal pada awal kebuntingan. Hormon ini juga terlibat dalam relaksasi cervix maternal sebelum kelahiran dan mungkin juga berpengaruh pada efisiensi kontraksi myometrial.

TAHAP-TAHAP KELAHIRAN

Untuk memudahkan penjelasan, kelahiran akan dibagi menjadi tiga tahapan. Tidak ada pembatas yang jelas antar masing-masing tahapan, karena normalnya tergabung satu sama lain sehingga menjadi proses yang berlanjut. Lamanya masing-masing tahap juga agak bervariasi. Sebelum terjadi kelahiran, sejumlah perubahan persiapan kelahiran seperti perkembangan kelenjar ambing dan relaksasi ligament pelvis juga terjadi. Kapan waktu terjadinya perubahan tersebut juga bervariasi antar individu hewan, menjadikan perubahan tersebut tidak dapat diandalkan sebagai indikator mendekatnya hari kelahiran.

Kejadian fisiologis utama dari ketiga tahapan kelahiran antara lain:

Tahap pertama:

  • Relaksasi dan dilatasi cervix
  • Fetus mulai melakukan postur lahir
  • Terjadinya kontraksi uterus
  • Chorioallantois memasuki vagina

Tahap kedua:

  • Kontraksi uterus berlanjut
  • Fetus memasuki saluran lahir
  • Terjadi kontraksi abdominal
  • Amnion memasuki vagina
  • Fetus dikeluarkan

Tahap ketiga:

  • Sirkulasi plasenta hilang
  • Terjadi pecah dan pemisahan plasenta
  • Kontraksi abdominal dan uterus berlanjut
  • Plasenta dikeluarkan.

Pada hewan yang sekali beranak lebih dari satu, tahap pertama kelahiran satu anak akan diikuti oleh sejumlah tahap dua kelahiran fetus selanjutnya. Proses ini kemudian akan diikuti oleh tahap tiga setelah selesai satu siklus tahap dua atau keluarnya plasenta setelah lahirnya sejumlah atau semua anaknya.

PRESENTASI, POSISI DAN POSTUR FETUS

Untuk penjelasan mudah dan akurat, istilah presentasi, posisi dan postur dipakai untuk mengindikasikan orientasi fetus pada kelahiran normal dan abnormal. Definisinya sebagai berikut ini:

  • Presentasi : hubungan antara poros panjang fetus dengan poros panjang saluran kelahiran induknya. Presentasi fetus bisa longitudinal (anterior atau posterior), transversal, atau (jarang sekali) vertikal.
  • Posisi : permukaan saluran kelahiran induk di mana posisi tulang belakang anak berada. Posisinya bisa saja dorsal, ventral, atau lateral (kanan atau kiri).
  • Postur : disposisi kepala dan anggota gerak fetus.

Kejadian umum kelahiran normal dari masing-masing spesies akan dijelaskan berikut ini.

KELAHIRAN NORMAL PADA SAPI

Lama kelahiran pada sapi Friesian-Holstein adalah selama 283 hari sedangkan pada bangsa sapi pedaging continental adalah 290 hari.

 

Perubahan Persiapan

Perubahan external yang paling penting dapat terlihat pada ambing, vulva dan ligamen pelvis. Menuju akhir masa kebuntingan, maka ambing menjadi semakin membesar dan tegang. Kolostrum dapat dijumpai pada puting dan menjadi semakin kental serta berwarna kuning seiring semakin mendekatnya hari kelahiran. Merembesnya susu (keluarnya cairan susu) sebelum terjadi kelahiran dapat menyebabkan hilangnya kolostrum pekat dari sapi, dan hanya menyisakan susu normal saja. Hal ini dapat mengakibatkan kehilangan antibodi bagi pedet yang bisa berakibat serius. Pada sapi indukan dara, edema subcutan dapat terjadi di bagian depan dan delakang dari ambing. Edema ini secara normal akan menghilang selama beberapa hari setelah melahirkan.

Mendekati kelahiran, vulva biasanya memanjang dan mungkin agak bengkak dan odem. Namun di beberapa hewan lain, tidak ada perubahan vulva yang dapat dilihat. Leleran vagina bening (dipercaya sebagai pencairan segel cervix yang menyerupai sekresi estrus) dapat terlihat 24-48 jam sebelum melahirkan. Meskipun suhu badan turun sebelum melahirkan, terjadi banyak variasi pada waktu dan tingkat turunnya suhu, sehingga penurunan suhu tidak dapat dijadikan sebagai parameter.

Relaksasi ligament pelvis dapat dilihat pada akhir kebuntingan, dan semakin menonjol pada saat mendekati kelahiran. Ini adalah tanda yang paling dapat diandalkan bahwa kelahiran sudah semakin dekat pada ternak sapi. Sebagai akibat dari hal ini, pangkal ekor dari sapi betina akan nampak tegak dan otot bagian gluteal akan tampak cekung. Perubahan-perubahan tersebut kadang tidak terlalu jelas pada sapi yang gemuk, namun pada kasus tersebut relaksasi ligament tetap dapat dideteksi secara internal melalui palpasi rektal. Ketegangan otot pada ekor berkurang pada 24 jam sebelum melahirkan.

Pada saat dipalpasi rektal, anggota gerak fetus atau kepalanya dapat dirasakan pada pelvis induk atau langsung di depannya. Bukti akan kehidupan fetus dapat dideteksi oleh gerakan spontan atau bisa juga melalui respon pada pemberian penekanan lembut pada fetus. Organ uterus yang berisi fetus yang sangat besar dapat merosot sampai ke bawah rumen induk, sehingga agak lebih sulit untuk dipalpasi. Meskipun sedikit pelembutan cervix dapat terjadi dan terdeteksi pada pemeriksaan vaginal di masa akhir kebuntingan, namun tetap saja relaksasi penuh tidak terjadi sampai tahap pertama kelahiran.

Banyak peternak sangat ahli dalam mendeteksi kapan waktu melahirkan pada ternak mereka. Bagi dokter hewan ahli bedah, dengan hanya memperhatikan tanda perubahan fisik sebelum kelahiran saja tidak akan dapat diandalkan, maka disarankan untuk tidak memprediksi waktu pastinya kapan pasien akan melahirkan.

Tahap pertama Melahirkan

Durasi tahap pertama kelahiran pada sapi adalah sekitar 4-24 jam. Kesulitan untuk mendeteksi permulaan tahap pertama pada semua spesies menjadikan pengukuran akurat terhadap lamanya waktu tahap ini berlangsung menjadi sulit. Tanda eksternal dari tahap pertama meliputi gejala tidak nyaman, berhenti makan, menggaruk tanah, mengayun-ayun, berputar-putar, berbaring kemudian bangun lagi dengan cepat. Ekor juga kemungkinan tampak menegak, bisa juga terlihat ada tremor otot dan kadang-kadang mengejan. Organ cervix menjadi melunak dan berdilatasi. Pada saat berdilatasi penuh, tidak dapat diketahui pada pemeriksaan vaginal. Permulaan dilatasi cervix dan kontraksi uterus menyebabkan chorioallantois terdorong ke arah vagina. Lamanya pergerakan tersebut tergantung pada tingkat elastisitas dan kekuatan perlekatannya. Jika pergerakannya terbatas, chorioallantois bisa sobek di dalam, namun jika tidak sobek, maka akan nampak keluar dari vulva sebagai membran transparant semi vaskuler yang berwarna kebiruan. Biasanya penampakan ini disebut dengan “kantung air pertama” meskipun sebenarnya istilah “kantung air” secara umum dimaksudkan untuk amnion. Sobeknya chorioallantois menyebabkan terlepasnya isi cairan allantois dan basahnya bagian sekeliling perineum induk.

 

Tahap Kedua Proses Kelahiran

Durasi untuk tahap ini adalah ½ – 3 jam. Normalnya sapi melahirkan pada posisi rebahan, namun jika merasa terganggu, sapi bisa juga melahirkan dalam posisi berdiri. Keluarnya pedet normalnya didahului oleh amnionnya pada saat memasuki saluran lahir dan jika tidak terjadi ruptur sebelumnya, maka amnion akan tampak sebagai kantung avaskular berwarna putih kebiruan pada vulva. Bagian tubuh fetus mungkin bisa dilihat melalui amnion, yang pada 80% kasus kelahiran biasanya sudah sobek duluan. Sekali terjadi sobek amnion, maka intensitas perejanan akan emakin meningkat. Perejanan abdominal dibantu oleh kontraksi uterus dan selama berlangsungnya tahap kedua kelahiran, intensitas dan frekuensi perejanan abdominal akan semakin naik.

Induk sapi kemungkinan berteriak keras dengan sekuat tenaga dan bisa juga berguling dari posisi rebah sternal menjadi rebah lateral (rebah pada bagian sisi badan). Tenaga dorongan yang dikelluarkan induk paling besar tampaknya adalah saat keluarnya kepala fetus melalui vulva namun pada posisi tersebut bagian thorax dari fetus juga sedang memasuki bagian pinggul induknya. Sekali kepala sudah keluar, maka bagian badan yang lain akan mengikuti dengan mudah, meskipun bisa saja pada sapi pedaging dibutuhkan sedikit upaya untuk mengeluarkan bagian thorax dan pinggul dari pedet. Selama kelahiran posisi pedet bisa saja berputar sekitar 45° ke arah kanan atau ke kiri sehingga lebih menguntungkan saat pelvis induk mencapai diameter maksimalnya.

Gambar 1.1 awal tahap kedua kelahiran pada sapi. Moncong pedet searah dengan sendi pada kaki depannya. Amnion sudah pecah dan lidah pedet terjulur. Posisi pedet telah berputar 45° dari posisi dorsal.

Gambar 1.2 akhir tahap kedua kelahiran pada sapi. Kepala fetus dan bagian bahu telah keluar.

Gambar 1.3 tahap kedua kelahiran telah selesai. Induk sudah berdiri dan menjilati pedetnya yang sedang berusaha berbaring rebah sternal (dada di bawah).

 

Mayoritas pedet berada pada posisi dorsal pada akhir kebuntingan dan selama kelahiran pedet menjadi berpresentasi anterion (95% pedet) longitudinal dan posisi dorsal, dan dalam postur kepala dan kaki depan terjulur. Hidung fetus berada di atas sendi kaki depan. Umbilical cord (tali pusar) biasanya tetap utuh setelah kelahiran pada sapi yang berbaring dan bisa saja tidak sobek sampai sapi induk berdiri setelah melahirkan. Jika tidak kelelahan, induk sapi akan berdiri dalam waktu 10 menit setelah melahirkan dan akan menjilati anaknya. Anak sapi akan tetap berbaring sesaat setelah dikeluarkan dan sering kali menggoyangkan kepalanya dulu sebelum menarik nafas yang pertama kali. Jika anak sapi sehat, ia akan berusaha berbaring pada bagian dadanya dalam waktu 5 menit dengan distimulus oleh jilatan dari induknya (gambar 1-3)

Tahap ketiga dari kelahiran

Membran fetus normalnya dikeluarkan dalam waktu 12 jam setelah kelahiran. Retensi setelah melampaui 12 jam biasanya akan menjadi retensi yang lama yang bisa berlangsung 3 sampai 10 hari jika membrannya tidak dikeluarkan secara manual.

Gangguan kelahiran normal

Kapanpun memungkinkan, sapi induk harus dibiarkan untuk melahirkan tanpa bantuan. Pendampingan harusnya dari dekat namun secara diam-diam. Pemeriksaan vaginal sebaiknya dilakukan jika ada yang berbeda dari biasanya. Sapi pedet harusnya lahir dalam 2 jam dari terlihatnya amnion pada vulva. Waktu kelahiran mungkin lebih panjang pada pedet yang berukuran lebih besar serta pada beberapa bangsa, termasuk Charolais. Meskipun fetus sapi dapat bertahan 8 jam selama tahap kedua kelahiran, hal ini tidak selalu terjadi dan jika ada penundaan maka harus segera diinvestigasi.

 

Dialihbahasakan oleh drh. Yayuk Kholifah dari buku:

Handbook of Veterinary Obstetrics (Chapter 1 : Normal Birth);  Peter G.G. Jackson;  2004.  Saunders Elsevier;  ISBN : 0 7020 2740 5