Oleh : Ike Ernawati, S.PtÂ
Pengawas Mutu PakanÂ
Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari merupakan salah satu UPT Pusat Kementerian Pertanian di bawah Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan yang bertugas menghasilkan, memasarkan dan memantau mutu semen serta mengembangkan inseminasi buatan. Produksi semen yang berkualitas dihasilkan dari pejantan prima siap tampung, sehingga diperlukan pakan yang cukup dan bermutu untuk mendukungnya.
Pakan yang diberikan untuk pejantan di balai ini terdiri dari hijauan, konsentrat, silase dan hay. Hijauan terdiri dari rumput unggul seperti rumput gajah, indigofera, gamal, kaliandra dan desmodium rensonii. Silase dibuat dari bahan tebon jagung, sedangkan hay dibuat dari rumput brachiaria decumbens (BD). Indigofera merupakan salah satu leguminosa pohon yang sedang dikembangkan di balai ini. Penanaman indigofera sebagai pakan seluas ± 1 Ha dan untuk bibit seluas ± 0,006 Ha. Produksi rata-rata mencapai 10 ton /Ha.
Berdasarkan analisa pakan beberapa leguminosa yang dikirimkan ke Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan (BPMSP) Bekasi tanggal 16 Mei 2016 didapatkan hasil sebagai berikut:
Leguminosa indigofera memiliki kandungan protein yang paling tinggi (31,99%), Ca paling tinggi (2,49%) dan TDN yang cukup tinggi (54,64%) dibandingkan dengan leguminosa yang lain. Simatupang (2013) menyatakan bahwa indigofera memiliki asam amino yang baik serta kandungan tannin yang rendah (0,6 – 1,4 ppm). Kandungan tannin yang rendah akan mengurangi rasa pahit dari tanaman sehingga meningkatkan palatabilitas (tingkat kesukaan) ternak. Berdasarkan hal tersebut di atas, indigofera berpotensi untuk dikembangkan sebagai hijauan sumber protein dan energi. Asam amino pada indigofera berkorelasi positif didalam rumen dengan syarat konversi didalam pakan tersebut tetap stabil. Kandungan yang ada di dalam indigofera berada di bawah threshold, yang dimana berarti kandungan di dalam tanaman ini tidak akan mengganggu metabolisme di dalam tubuh ternak (Kusuma, 2013).
Pengembangan indigofera di BBIB Singosari menggunakan dua (2) cara, yaitu secara generatif dan secara vegetatif.  Perkembangan generatif yaitu berkembangnya bagian generatif dari tanaman seperti bunga, buah dan biji, sedangkan perkembangan vegetatif yaitu berkembangnya bagian vegetatif dari tanaman seperti akar, batang dan daun (Anonimous, 2016). Pengembangan secara generatif  menggunakan benih yang disemai terlebih dahulu kemudian dipindah tanam ke polybag dan selanjutnya dipindah tanam ke lahan. Benih mulai berkecambah pada hari ke-3 setelah ditebar dan memiliki daya tumbuh rata-rata 70%. Benih dipindah tanam ke polybag pada hari ke-14. Selanjutnya dipindah tanam ke lahan pada umur 40 hari dengan tinggi bibit ± 20 cm dan jumlah daun 24 helai. Daya tumbuh bibit yang dipindah tanam pada umur muda lebih baik daripada pada umur tua. Daya tumbuh mencapai 95 % karena bibit umur muda lebih cepat beradaptasi dengan lingkungannya. Bibit muda membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk stagnasi pertumbuhan setelah pindah tanam. Hasil penanaman menggunakan bibit muda ditampilkan pada gambar 1.
Secara vegetatif menggunakan stek dari batang yang yang memiliki bakal tunas. Batang yang dipilih untuk stek memiliki diameter 1,4 – 1,6 cm. Batang berukuran rata-rata 1,5 cm memiliki daya tumbuh yang lebih baik dibandingkan dengan batang diameter kurang atau lebih dari 1,5 cm. Stek dengan ukuran diameter kurang dari 1,5 cm banyak yang mengalami kegagalan untuk tumbuh, ditunjukkan pada Gambar 2. Stek dengan ukuran diameter 1,5 cm mempunyai daya tumbuh yang baik, ditunjukkan pada Gambar 3. Setelah ditanam, tunas mulai tumbuh pada hari ke-14.
Selain ukuran dari diameter batang, perlakuan setelah pemotongan dan penanaman juga berpengaruh terhadap daya tumbuh. Simatupang (2013) menyatakan bahwa stek indigofera yang digunakan adalah cabang-cabang yang paling baik pertumbuhannya, terutama pada lahan yang sudah berproduksi. Pemotongan dilakukan dengan pisau yang tajam untuk menghindari memar/sobek, panjangnya ± 30 cm. Stek tersebut tidak segera ditanam tetapi dibiarkan selama 1 - 3 hari pada tempat yang teduh/dingin dengan ujung stek diletakkan di atas. Setelah permukaannya kering, stek dapat ditanam di lapangan.
Pengawas Mutu PakanÂ
Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari merupakan salah satu UPT Pusat Kementerian Pertanian di bawah Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan yang bertugas menghasilkan, memasarkan dan memantau mutu semen serta mengembangkan inseminasi buatan. Produksi semen yang berkualitas dihasilkan dari pejantan prima siap tampung, sehingga diperlukan pakan yang cukup dan bermutu untuk mendukungnya.
Pakan yang diberikan untuk pejantan di balai ini terdiri dari hijauan, konsentrat, silase dan hay. Hijauan terdiri dari rumput unggul seperti rumput gajah, indigofera, gamal, kaliandra dan desmodium rensonii. Silase dibuat dari bahan tebon jagung, sedangkan hay dibuat dari rumput brachiaria decumbens (BD). Indigofera merupakan salah satu leguminosa pohon yang sedang dikembangkan di balai ini. Penanaman indigofera sebagai pakan seluas ± 1 Ha dan untuk bibit seluas ± 0,006 Ha. Produksi rata-rata mencapai 10 ton /Ha.
Berdasarkan analisa pakan beberapa leguminosa yang dikirimkan ke Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan (BPMSP) Bekasi tanggal 16 Mei 2016 didapatkan hasil sebagai berikut:
Leguminosa indigofera memiliki kandungan protein yang paling tinggi (31,99%), Ca paling tinggi (2,49%) dan TDN yang cukup tinggi (54,64%) dibandingkan dengan leguminosa yang lain. Simatupang (2013) menyatakan bahwa indigofera memiliki asam amino yang baik serta kandungan tannin yang rendah (0,6 – 1,4 ppm). Kandungan tannin yang rendah akan mengurangi rasa pahit dari tanaman sehingga meningkatkan palatabilitas (tingkat kesukaan) ternak. Berdasarkan hal tersebut di atas, indigofera berpotensi untuk dikembangkan sebagai hijauan sumber protein dan energi. Asam amino pada indigofera berkorelasi positif didalam rumen dengan syarat konversi didalam pakan tersebut tetap stabil. Kandungan yang ada di dalam indigofera berada di bawah threshold, yang dimana berarti kandungan di dalam tanaman ini tidak akan mengganggu metabolisme di dalam tubuh ternak (Kusuma, 2013).
Pengembangan indigofera di BBIB Singosari menggunakan dua (2) cara, yaitu secara generatif dan secara vegetatif.  Perkembangan generatif yaitu berkembangnya bagian generatif dari tanaman seperti bunga, buah dan biji, sedangkan perkembangan vegetatif yaitu berkembangnya bagian vegetatif dari tanaman seperti akar, batang dan daun (Anonimous, 2016). Pengembangan secara generatif  menggunakan benih yang disemai terlebih dahulu kemudian dipindah tanam ke polybag dan selanjutnya dipindah tanam ke lahan. Benih mulai berkecambah pada hari ke-3 setelah ditebar dan memiliki daya tumbuh rata-rata 70%. Benih dipindah tanam ke polybag pada hari ke-14. Selanjutnya dipindah tanam ke lahan pada umur 40 hari dengan tinggi bibit ± 20 cm dan jumlah daun 24 helai. Daya tumbuh bibit yang dipindah tanam pada umur muda lebih baik daripada pada umur tua. Daya tumbuh mencapai 95 % karena bibit umur muda lebih cepat beradaptasi dengan lingkungannya. Bibit muda membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk stagnasi pertumbuhan setelah pindah tanam. Hasil penanaman menggunakan bibit muda ditampilkan pada gambar 1.
Secara vegetatif menggunakan stek dari batang yang yang memiliki bakal tunas. Batang yang dipilih untuk stek memiliki diameter 1,4 – 1,6 cm. Batang berukuran rata-rata 1,5 cm memiliki daya tumbuh yang lebih baik dibandingkan dengan batang diameter kurang atau lebih dari 1,5 cm. Stek dengan ukuran diameter kurang dari 1,5 cm banyak yang mengalami kegagalan untuk tumbuh, ditunjukkan pada Gambar 2. Stek dengan ukuran diameter 1,5 cm mempunyai daya tumbuh yang baik, ditunjukkan pada Gambar 3. Setelah ditanam, tunas mulai tumbuh pada hari ke-14.
Selain ukuran dari diameter batang, perlakuan setelah pemotongan dan penanaman juga berpengaruh terhadap daya tumbuh. Simatupang (2013) menyatakan bahwa stek indigofera yang digunakan adalah cabang-cabang yang paling baik pertumbuhannya, terutama pada lahan yang sudah berproduksi. Pemotongan dilakukan dengan pisau yang tajam untuk menghindari memar/sobek, panjangnya ± 30 cm. Stek tersebut tidak segera ditanam tetapi dibiarkan selama 1 - 3 hari pada tempat yang teduh/dingin dengan ujung stek diletakkan di atas. Setelah permukaannya kering, stek dapat ditanam di lapangan.