Oleh : Andi Widodo Wijanarko
Sapi pejantan unggul memegang peranan penting dalam pelaksanaan kegiatan inseminasi buatan di Indonesia. Dalam memperoleh pejantan unggul, telah diterbitkan regulasi bagi produsen semen beku yaitu harus sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian nomor 10/PERMENTAN/PK.210/3/2016 tentang Penyediaan dan Peredaran Semen Beku Pada Ternak Ruminansia. Regulasi  tersebut diantaranya mengaturterhadap pejantan unggul harus bebas dari12 penyakit menular strategis dan telah lolos dari uji performan. Dalam perjalanannya pejantan unggul dipertahankan status kesehatan dan status reproduksinya agar dapat diproduksi secara optimum. Status kesehatan dan kualitas semen sapi pejantan unggul dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan dan manajemen pakan, dan kedua hal tersebut dapat mempengaruhi performa fisik, fisiologis dan reproduksi sapi pejantan. Dalam penanganan status kesehatan hewan pelaksanaan dilakukan melalui pengobatan kausatif, simtomatif dan kuratif yang didukung dengan pemeriksaan kesehatan secara laboratorium terhadap penyakit maupun profil metabolik.
Pelaksanaan Uji Profil Metabolik (Metabolic Profile Tests/MPT) merupakan serangkaian uji analisis darah spesifik, yang sangat berguna sebagai indikator bahwa mekanisme homeostase tubuh berfungsi menjaga parameter darah tetap berada dalam range fisiologis. Uji tersebut dapat digunakan untuk memeriksa status nutrisi dan metabolik ternak secara individu maupun kelompok untuk mengidentifikasi apakah terdapat gangguan sub klinis sehingga dapat mengindikasikan penyebabnya. Pemanfaatan biokimia klinis dalam kedokteran hewan sangat sering dilakukan untuk menjelaskan mekanisme terjadinya penyimpangan, memberikan gambaran kondisi kesehatan, status metabolik dan membantu menegakkan diagnosa, sehingga dapat diberikan penanganan yang sesuai.
Menurut Zahidah(2014) Pemanfatan Metabolic Profile Tests/MPTtelah banyak digunakan didalam mengidentifikasi dan mendiagnosis awal suatu penyakit seperti yang disampaikan oleh beberapa pakar diantaranya menurut Mohamed et al. (2004) dan Oetzel (2004) menyatakan bahwa analisis metabolit darah apabila dihubungkan dengan monitoring kesehatan dan nutrisi dapat mengungkap adanya gangguan yang bersifat subklinis dan dapat membantu menemukan kausanya. Adanya variasi komposisi kimia darah yang signifikan antar spesies, bangsa, jenis kelamin dalam satu bangsa ternak melalui pengujian profil darah (Stojevic et al. 2008; Balicki et al. 2007), umur (Addas et al. 2012; Balicki et al. 2007), status reproduksi, stres, transportasi (Balicki et al. 2007), dan dipengaruhi pula oleh faktor-faktor lain seperti asal hewan, manajemen, geografis, tahap perkembangan hewan (Ali 2008) dan iklim (Ali 2008; Lager dan Jordan 2012). Reist et al. (2002) dan Kida (2002)menyatakan bahwa profil metabolik dilakukan bersamaan dengan pengukuran BCS (Body Condition Score), dan kontrol manajemen pemeliharaan dan pakan, dapat digunakan sebagai alat diagnosa yang valid untuk pengujian kesehatan kelompok ternak. Uji profil metabolik juga memiliki manfaat besar untuk identifikasi dini terhadap adanya gangguan metabolisme energi pada sapi (Prodanovic et al. 2012). Penggunaan profil metabolik untuk menilai gizi dan status kesehatan sapi telah digunakan secara luas (Doornenbal et al. 1988 dan Grunwaldt et al. 2005). Konsentrasi metabolit dalam darah menggambarkan indeks kecukupan pasokan gizi yang terkait dengan pemanfaatan nutrisi pada ternak (Chester-Jones et al. 1990) dan memberikan indikasi langsung status nutrisi ternak pada waktu tertentu (Pambu-Gollah et al. 2000). Fertilitas pejantan merupakan fitur yang kompleks, terdiri dari berbagai proses fisiologis pada tahap pertumbuhan dan perkembangan sistem reproduksi dari lahir hingga dewasa, spermatogenesis, ejakulasi dan perilaku kawin (termasuk libido dan koitus) (Cupps 1991). Menurut Marzec-Wroblewska et al. (2012), kualitas semen bervariasi secara kualitatif dan kuantitatif antar umur, status kesehatan, aktifitas seksual dan pakan.
Sampel yang kerap digunakan pada uji profil metabolik adalah darah yang mengandung berbagai elemen yang dapat memberikan berbagai informasi mengenai status fisiologis, metabolisme dan homeostatis yang sedang berlangsung di dalam tubuh. Ditinjau dari variasi komposisi biokimia darah diantaranyadipengaruhi oleh spesies, bangsa, jenis kelamin, umur, dan tahap perkembangan. Pemeriksaan biokimia darah tersebutsangat diperlukan referensi standar parameter kimia darah yang digunakan sebagai acuan. parameter kimia darah yang di uji yang meliputi Aspartate Aminotransferase (AST),Gamma-GlutamylTranspeptidase (GGT), Blood Urea Nitrogen (BUN), kreatinin, protein total, albumin, globulin, rasio albumin globulin (rasio A/G), kalsium (Ca), fosfor (P) dan magnesium (Mg). Analisis dilakukandengan prinsip fotometer (Photometer 5010®) menggunakan kit komersial.
Akhirnya dalam upaya meningkatkan performa produktifitas dan reproduktivitas pada ternak perludilakukan monitoring profil metabolism seiringdenganprofillaboratorium terhadap penyakitdan penanganan status kesehatan hewandisamping tetap meningkatkan penatalaksanaan pakan dan manajemen pemeliharaan ternak sapi.
TINJAUAN PUSTAKA
1.     Addass PA, Midau A, Muktar YM, Mshelia ZB. 2012. Assessment of breed, age and body condition score on hematology, blood chemistry and fecal parasitic load of indigenous bulls in Adamawa State. Intern J of Agric Sci. 2(1). pp. 087- 089. ISSN: 2167-0447.
2.     Ali MA. 2008. Studies on calving related disorders (dystocia, uterine prolapse and retention of fetal membranes) of the river buffalo (Bubalus Bubalis), in different agroecological zones of Punjab Province, Pakistan [Tesis]. Pakistan (PK). University of Agriculture. Diunduh pada tanggal 24/1/2014. Tersedia di https://prr.hec.gov.pk/thesis/203s.pdf pada tanggal 24/1/2014 09:21.
3.     Balikci E, Yildiz A, Gurdogan F. 2007. Blood metabolite concentrations during pregnancy and post-partum in Akkaraman ewes. Small Rum. Res. 67, 247-251.
4.     Chester-Jones H, Fontenot JP, Veit HP. 1990. Physiological and pathological effects of feeding high levels of magnesium to steers. J. of Anim. Sci. 68: 4400-4413.
5.     Cupps PT. 1991. Reproduction in domestic animals, 4th Ed. San Diego: Academic Press. page 100 ISBN 01-21-965-75-9.
6.     Doornenbal H, Tong AKW, Murray NL, 1988. Reference values of blood parameters in beef cattle of different ages and stages of lactation. Canadian Journal of Veterinary Research 52(1): 99-105.
7.     Grunwaldt EG, Guevara JC, Estevez OR, Vicente A, Rousselle H, Alcunten N, Aguerregaray, Stasi CR. 2005. Biochemical and haematological measurement in beef cattle in Mendoza plain rangelands (Argentina). Tropical Animal Health Production. 37(6): 527-540.
8.     Kida K. 2002. The Metabolic Profile Test: its practicability in assessing feeding management and periparturient diseases in high yielding commercial dairy herds. J. Vet. Med. Sci., 64(7): 557-663.
9.     Lager K, Jordan E. 2012. The metabolic profile for the modern transition dairy cow. The
10.   Marzec-Wroblewska U, Kaminski P, Lakota P. 2012. Influence of chemical elements on mammalian spermatozoa. Folia Biologica (Praha). 58:7-15.
11.   Mid-South Ruminant Nutrition Conference. Texas Agrilife Extension Service, Texas.
12.   Mohamed T, Oikawa S, Iwasaki Y, Mizunuma Y, Takehana K, Endoh D, Kurosawa T, Sato H. 2004. Metabolic profiles and bile acid extraction rate in the liver of cows with fasting-induced hepatic lipidosis. J Vet Med A Physiol Pathol Clin Med. 51: 113-118.
13.   Oetzel GR. 2004. Monitoring and testing dairy herds for metabolic diseases. Vet Clin North Am Food Anim Pract. 20: 651-74.
14.   Pambu-Gollah R, Cronje PB, Casey NH. 2000. An Evaluation of the use of blood metabolite concentrations as indicators of nutritional status in free-ranging indigenous goats. South African Journal Animal Science. 30(2): 115-120.
15.   Prodanovic R, Kirovski D, Samanc H, Vujanac I, Ivetic V, Savic B. dan Kureljusic B. 2012. Estimation of herd-basis energy status in clinically healthy holstein cows: practical implications of body condition scoring and shortened metabolic profiles. African Journal Of Agricultural Research. 7(3):418-425 https://www.academicjournals.org/ AJAR DOI: 10.5897/AJAR11.1432.
16.   Reist M, Erdin D, von Euw D, Tschuemperlin K, Leuenberger H, Chilliard Y, Hammon H M, Morel C, Philipona C, Zbinden Y, Kuenzi N, dan Blum JW 2002. estimation of energy balance at individual and herd level using blood and milk traits in high-yielding dairy cows. J. Dairy Sci. 85: 3314-3327.
17.   Stojevic Z, Filipovic N, Bozic P, Tucek Z, Daud J. 2008. The metabolic profile of Simmental service bulls. Vet Arhiv. 78 (2): 123-129.
18.   Zahidah I, 2014. Profil Metabolik Sapi Pejantan Bibit Berdasarkan Bangsa, Umur Dan Bcs (Body Condition Score). Tesis Pascasajana IPB.
Sapi pejantan unggul memegang peranan penting dalam pelaksanaan kegiatan inseminasi buatan di Indonesia. Dalam memperoleh pejantan unggul, telah diterbitkan regulasi bagi produsen semen beku yaitu harus sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian nomor 10/PERMENTAN/PK.210/3/2016 tentang Penyediaan dan Peredaran Semen Beku Pada Ternak Ruminansia. Regulasi  tersebut diantaranya mengaturterhadap pejantan unggul harus bebas dari12 penyakit menular strategis dan telah lolos dari uji performan. Dalam perjalanannya pejantan unggul dipertahankan status kesehatan dan status reproduksinya agar dapat diproduksi secara optimum. Status kesehatan dan kualitas semen sapi pejantan unggul dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan dan manajemen pakan, dan kedua hal tersebut dapat mempengaruhi performa fisik, fisiologis dan reproduksi sapi pejantan. Dalam penanganan status kesehatan hewan pelaksanaan dilakukan melalui pengobatan kausatif, simtomatif dan kuratif yang didukung dengan pemeriksaan kesehatan secara laboratorium terhadap penyakit maupun profil metabolik.
Pelaksanaan Uji Profil Metabolik (Metabolic Profile Tests/MPT) merupakan serangkaian uji analisis darah spesifik, yang sangat berguna sebagai indikator bahwa mekanisme homeostase tubuh berfungsi menjaga parameter darah tetap berada dalam range fisiologis. Uji tersebut dapat digunakan untuk memeriksa status nutrisi dan metabolik ternak secara individu maupun kelompok untuk mengidentifikasi apakah terdapat gangguan sub klinis sehingga dapat mengindikasikan penyebabnya. Pemanfaatan biokimia klinis dalam kedokteran hewan sangat sering dilakukan untuk menjelaskan mekanisme terjadinya penyimpangan, memberikan gambaran kondisi kesehatan, status metabolik dan membantu menegakkan diagnosa, sehingga dapat diberikan penanganan yang sesuai.
Menurut Zahidah(2014) Pemanfatan Metabolic Profile Tests/MPTtelah banyak digunakan didalam mengidentifikasi dan mendiagnosis awal suatu penyakit seperti yang disampaikan oleh beberapa pakar diantaranya menurut Mohamed et al. (2004) dan Oetzel (2004) menyatakan bahwa analisis metabolit darah apabila dihubungkan dengan monitoring kesehatan dan nutrisi dapat mengungkap adanya gangguan yang bersifat subklinis dan dapat membantu menemukan kausanya. Adanya variasi komposisi kimia darah yang signifikan antar spesies, bangsa, jenis kelamin dalam satu bangsa ternak melalui pengujian profil darah (Stojevic et al. 2008; Balicki et al. 2007), umur (Addas et al. 2012; Balicki et al. 2007), status reproduksi, stres, transportasi (Balicki et al. 2007), dan dipengaruhi pula oleh faktor-faktor lain seperti asal hewan, manajemen, geografis, tahap perkembangan hewan (Ali 2008) dan iklim (Ali 2008; Lager dan Jordan 2012). Reist et al. (2002) dan Kida (2002)menyatakan bahwa profil metabolik dilakukan bersamaan dengan pengukuran BCS (Body Condition Score), dan kontrol manajemen pemeliharaan dan pakan, dapat digunakan sebagai alat diagnosa yang valid untuk pengujian kesehatan kelompok ternak. Uji profil metabolik juga memiliki manfaat besar untuk identifikasi dini terhadap adanya gangguan metabolisme energi pada sapi (Prodanovic et al. 2012). Penggunaan profil metabolik untuk menilai gizi dan status kesehatan sapi telah digunakan secara luas (Doornenbal et al. 1988 dan Grunwaldt et al. 2005). Konsentrasi metabolit dalam darah menggambarkan indeks kecukupan pasokan gizi yang terkait dengan pemanfaatan nutrisi pada ternak (Chester-Jones et al. 1990) dan memberikan indikasi langsung status nutrisi ternak pada waktu tertentu (Pambu-Gollah et al. 2000). Fertilitas pejantan merupakan fitur yang kompleks, terdiri dari berbagai proses fisiologis pada tahap pertumbuhan dan perkembangan sistem reproduksi dari lahir hingga dewasa, spermatogenesis, ejakulasi dan perilaku kawin (termasuk libido dan koitus) (Cupps 1991). Menurut Marzec-Wroblewska et al. (2012), kualitas semen bervariasi secara kualitatif dan kuantitatif antar umur, status kesehatan, aktifitas seksual dan pakan.
Sampel yang kerap digunakan pada uji profil metabolik adalah darah yang mengandung berbagai elemen yang dapat memberikan berbagai informasi mengenai status fisiologis, metabolisme dan homeostatis yang sedang berlangsung di dalam tubuh. Ditinjau dari variasi komposisi biokimia darah diantaranyadipengaruhi oleh spesies, bangsa, jenis kelamin, umur, dan tahap perkembangan. Pemeriksaan biokimia darah tersebutsangat diperlukan referensi standar parameter kimia darah yang digunakan sebagai acuan. parameter kimia darah yang di uji yang meliputi Aspartate Aminotransferase (AST),Gamma-GlutamylTranspeptidase (GGT), Blood Urea Nitrogen (BUN), kreatinin, protein total, albumin, globulin, rasio albumin globulin (rasio A/G), kalsium (Ca), fosfor (P) dan magnesium (Mg). Analisis dilakukandengan prinsip fotometer (Photometer 5010®) menggunakan kit komersial.
Akhirnya dalam upaya meningkatkan performa produktifitas dan reproduktivitas pada ternak perludilakukan monitoring profil metabolism seiringdenganprofillaboratorium terhadap penyakitdan penanganan status kesehatan hewandisamping tetap meningkatkan penatalaksanaan pakan dan manajemen pemeliharaan ternak sapi.
TINJAUAN PUSTAKA
1.     Addass PA, Midau A, Muktar YM, Mshelia ZB. 2012. Assessment of breed, age and body condition score on hematology, blood chemistry and fecal parasitic load of indigenous bulls in Adamawa State. Intern J of Agric Sci. 2(1). pp. 087- 089. ISSN: 2167-0447.
2.     Ali MA. 2008. Studies on calving related disorders (dystocia, uterine prolapse and retention of fetal membranes) of the river buffalo (Bubalus Bubalis), in different agroecological zones of Punjab Province, Pakistan [Tesis]. Pakistan (PK). University of Agriculture. Diunduh pada tanggal 24/1/2014. Tersedia di https://prr.hec.gov.pk/thesis/203s.pdf pada tanggal 24/1/2014 09:21.
3.     Balikci E, Yildiz A, Gurdogan F. 2007. Blood metabolite concentrations during pregnancy and post-partum in Akkaraman ewes. Small Rum. Res. 67, 247-251.
4.     Chester-Jones H, Fontenot JP, Veit HP. 1990. Physiological and pathological effects of feeding high levels of magnesium to steers. J. of Anim. Sci. 68: 4400-4413.
5.     Cupps PT. 1991. Reproduction in domestic animals, 4th Ed. San Diego: Academic Press. page 100 ISBN 01-21-965-75-9.
6.     Doornenbal H, Tong AKW, Murray NL, 1988. Reference values of blood parameters in beef cattle of different ages and stages of lactation. Canadian Journal of Veterinary Research 52(1): 99-105.
7.     Grunwaldt EG, Guevara JC, Estevez OR, Vicente A, Rousselle H, Alcunten N, Aguerregaray, Stasi CR. 2005. Biochemical and haematological measurement in beef cattle in Mendoza plain rangelands (Argentina). Tropical Animal Health Production. 37(6): 527-540.
8.     Kida K. 2002. The Metabolic Profile Test: its practicability in assessing feeding management and periparturient diseases in high yielding commercial dairy herds. J. Vet. Med. Sci., 64(7): 557-663.
9.     Lager K, Jordan E. 2012. The metabolic profile for the modern transition dairy cow. The
10.   Marzec-Wroblewska U, Kaminski P, Lakota P. 2012. Influence of chemical elements on mammalian spermatozoa. Folia Biologica (Praha). 58:7-15.
11.   Mid-South Ruminant Nutrition Conference. Texas Agrilife Extension Service, Texas.
12.   Mohamed T, Oikawa S, Iwasaki Y, Mizunuma Y, Takehana K, Endoh D, Kurosawa T, Sato H. 2004. Metabolic profiles and bile acid extraction rate in the liver of cows with fasting-induced hepatic lipidosis. J Vet Med A Physiol Pathol Clin Med. 51: 113-118.
13.   Oetzel GR. 2004. Monitoring and testing dairy herds for metabolic diseases. Vet Clin North Am Food Anim Pract. 20: 651-74.
14.   Pambu-Gollah R, Cronje PB, Casey NH. 2000. An Evaluation of the use of blood metabolite concentrations as indicators of nutritional status in free-ranging indigenous goats. South African Journal Animal Science. 30(2): 115-120.
15.   Prodanovic R, Kirovski D, Samanc H, Vujanac I, Ivetic V, Savic B. dan Kureljusic B. 2012. Estimation of herd-basis energy status in clinically healthy holstein cows: practical implications of body condition scoring and shortened metabolic profiles. African Journal Of Agricultural Research. 7(3):418-425 https://www.academicjournals.org/ AJAR DOI: 10.5897/AJAR11.1432.
16.   Reist M, Erdin D, von Euw D, Tschuemperlin K, Leuenberger H, Chilliard Y, Hammon H M, Morel C, Philipona C, Zbinden Y, Kuenzi N, dan Blum JW 2002. estimation of energy balance at individual and herd level using blood and milk traits in high-yielding dairy cows. J. Dairy Sci. 85: 3314-3327.
17.   Stojevic Z, Filipovic N, Bozic P, Tucek Z, Daud J. 2008. The metabolic profile of Simmental service bulls. Vet Arhiv. 78 (2): 123-129.
18.   Zahidah I, 2014. Profil Metabolik Sapi Pejantan Bibit Berdasarkan Bangsa, Umur Dan Bcs (Body Condition Score). Tesis Pascasajana IPB.