SADURAN JURNAL
Judul : Oksitosin Memicu Ganguan Jaringan Epitel Mamae dan Menstimulasi Pengelupasan Sel Epitel
Oleh : Muhammad Tegar K.K. S.Pt / Pengawas Bibit Ternak Ahli Pertama
Jurnal : Journal of Mammary Gland Biology and Neoplasia (2018) 23:139–147
Terbit : 8 Juni 2018
Latar Belakang Masalah dan Tujuan Penelitian
Kelenjar Mamae terdiri dari 2 somatik sel yaitu sel imun dan sel epitel mamae (MEC). Belakangan ini diketahui bahwa MEC terkandung dalam akibat dari proses pengelupasan. Tentunya banyaknya pengelupasan pada susu berakibat pada jumlah produksi susu. Pada sapi perah, jumlah MEC yang mengelupas perharinya berjumlah 390×106 atau 0,007% perharinya dari total MEC yang terdapat ambing. namun, sampai saat ini mekanisme yang mengartur pengelupasan MEC masih belum diketahui.
Pada manusia terdapat hipotesis bahwa tekanan yang timbul pada pengisian sel sekretori dengan sintesis susu sebagai akibat dari menyusui berdampak pada pengelupasan MEC daru duktus atau lapisan luminar. Menyusui menstimulasi otak melepaskan Oxytocin (OT) ke dalam darah kemudian OT ditangkap oleh reseptor spesifik yang terdapat sel myoepital dan memicu terjadinya kontraksi pada sel myoepital tersebut. Myoepital yang berkontraksi menyebabkan susu yang tersimpan di alveolus keluar menuju saluran mamae dan menuju puting. Proses ini terjadi baik saat breastfeeding ataupun dengan mesin.
Pada ruminansia terutama sapi perah, tingkat pengelupasan MEC menyebabkan kerusakan pada jaringan epitel mamae. Penulis memiliki hipotesis bahwa pemerahan mengakibatkan aktifitas OT dalam kelenjar mamae inggi sehingga mengakibatkan kontraksi sel myoepitel dan menjadi pemicu terjadinya pengelupasan MEC. Pada percobaan iniuntuk mengetahui peran dari kontraksi sel myoepitel sehingga menyebabkan pengelupasan MEC, penulis menginduksi atau menghambat aktifitas myoepitel pada saat pemerahan dengan menambahkan OT receptor antagonist atosiban (Ato) atau exogenus OT.
Materi dan Metode
Sapi FH sebanyak 8 ekor yang sedang puncak laktasi digunakan dalam percobaan ini. Pemerahan dilakukan dua kali sehari yaitu pada jam 7 pagi dan jam5 sore. Sapi percoban dipasang kateter permanen pada vena jugularis yang berfungsi untuk memasukan Ato dan OT. Perlakuan pertama yaitu control dengan penambahan OT,perlakuan ke 2 yaitu penambahan OT dan Ato. Rancngan perobaan bisa dilihat pada gambar dibawah ini .
Gambar 1. Rancangan Perlakuan Penambahan OT dan Ato
Analisis Komposisis Susu
Setiap sampel susu sebanyak 50 mL diukur kansunga lemak, laktosa dengan menggunakan midinfrared spectrophotometry dan flowcytometry. Total protein diukur dengan metode Kjehdal, dan kandungan non kasein diukur dengan menambahkan asam asetat 10% dan 1 M sodium asetat. Kandungan kasein didapatkan dengan mengurangi total protein dengan non kasein.
Purifikasi dari Mammary Epitel Cells (MEC)
Untuk melihat kandungan MEC dalam susu, MEC di purifikasi dari susu dengan menggunakan metoda immuomagnetic. Alat yang digunakan untuk menggunakan metoda immunomagnetic yaitu flowcytometry.
Sampling Darah, Oksitosin, dan Laktosa
Sampel darah diambi sebelum selama dan setelah pemerahan pada −5 -2, 1, 2, 3, 4, 6, 8, 10, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 23, and 25 menit dari pemerahan menggunakan mesin perah. Spoit Monovette yang dilapisi dengan sodium heparin sigunakan untuk mengabil sampel darah untuk mengukur plasa OT dan konsentrasi laktosa. Plasma dipisahkan dengan sentrifugasi selama 15 menit dan disimpan pada suhu -20oC sampai analisis dilakukan. Plasma OT diukur dengan menggunakn metode ELISA.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 2. Kandungan Plasma OT dalam darah
Kandungan plasmaOT meningkat dalam darah sesaat setelah proses pemerahan di mulai.OT dalam dalam darah ini merupakan OT endogenus yang dihasilkan dari mekanisme normalfisiologis tubuh. Kadar OT kemudian menurun secara bertahap sampai menit ke 10. Pada menit ke 13 dimasukan OT melalui cateter sehingga OT dalam darah meningkat tajam sampai mencapai level 491.1 ± 66.77 kemudian menurun sampai meit ke 25
Tabel 1. Produksi dan Kandungan Nutrien Susu
Perlakuan memberikan dampak yang signifikan terhadap produksi kandungan nutrient susu. Produksi susu control jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan Ato+OT begitu juka dengan kadar lemak, kadar lemak control lebih tinggi dibaningkan dengan kadar lemak perlakuan Ato+OT. Oleh karena itu,dapat dismpulkan bahwa OT berperan untuk menstimulasi lemak dari alveolus kedalam cistern. Pada susu residual diketahui SCC(Sel Somatik) merupakan paling banyak diantara susu yang lain. Berdasarkan penelitia terdahulu, tingginya nilai SCC ini menjelaskan bahwa sel imun yang merupakan bagian dari SCC masuk kedalam susu pada akhir pemerahan, atau juga banyak SCC yang terjebak alveolus bersama globular lemak dan baru bisa keluar pada saat akhir pemerahan.
Nilai pengelupasan MEC yang tinggi sering dikaitkan dengan tingkat gangguan epitel mamae. Indikator gangguan epitel mamae bisa diliat dari lemahnya ikatan antar MEC, sehingga membuat celah pada jaringan epitel mamae, yan menyebabkan adanya komponen susu yang masuk ke dalam darah. Oleh karena itu, adanya kadar laktosa ( yang merupakan komponen susu) dalam darah bisa mengindikasikan tingkat gangguan yang terjadi pada jaringan epitel mamae. Dapat dilihat pada grafik diatas, pada susu standar dampak penambahan OT, bisa meningkatkan kadar plasma laktosa dalam darah. Jika dibandingkan dengan perlakuan kedua yaitu penambahan Ato dan OT, kadar laktosa lebih redah baik pada susu cistern ataupun susu alveolus. Dapat diartikan bahwa penambahan Ato bisa menurunkan kerusakan pada jaringan epitel mamae.
Kesimpulan
Penambahan Ato terbukti menurunkan aktifitas kontraksi myoepitel sehingga berdampak pada penurunan jumlah pengelupasan MEC. Sebaiknya, penambahan OT meningkatkan aktifitas kontraksi myoepitel yang menyebabkan jumlah pengelupasan MEC menjadi lebih tinggi. Hasil ini menunjukan bahwa OT berperan sebagai faktor yang menyebabkan pengelupasan MEC dan menyebabkan gangguan pada jaringan epitel mamae.