Penulis : Dr. Andi Widodo Wijanarko
Hari natal dan tahun baru sudah dekat, dari tahun ke tahun menjelang memasuki hari besar tersebut persoalan harga ternak sapi dan kambing domba maupun daging merah menjadi topik yang hangat dibicarakan. Seperti tahun tahun sebelumnya memasuki bulan Desember harga ternak sapi, kambing dan domba di pasar ternak tradisional di Jawa Timur melonjak mencapai lebih dari  45 ribu/ Kg berat hidup dimana pada saat bukan hari besar masih sekitar 38-40 ribuan/Kg. Disatu sisi hal ini menjadi kesempatan bagi peternak untuk mencari keuntungan disisi lainnya menyebabkan kebutuhan ternak maupun daging dimasyarakat menjadi tinggi. Momen ini banyak dilakukan peternak untuk memilih menunda menjual ternaknya di bulan-bulan sebelumnya dan menjualnya sekarang demi mendapat keuntungan lebih.
Dilihat aspek populasi dalam memenuhi kebutuhan daging dan ternak tahun 2016 menunjukan jumlah ternak di Indonesia diperkirakan sapi potong sebanyak 13.597.154 ekor, kambing 20.707.000 ekor dan domba 18.160.000 ekor (Renstra Ditjen PKH, 2015). Sedangkan kebutuhan konsumsi daging merah dalam negeri (sapi, kambing dan domba) dalam 1 tahun  sebanyak 675 ribu ton termasuk kebutuhan hari besar nasional. Pemenuhan kebutuhan daging merah tersebut salah satunya diperoleh dari peternakan rakyat, oleh karena itu perlu ada replecement stock secara teratur sehinggga proporsi populasi ternak produktif dapat terjaga. Replecement stock diperoleh melalui kegiatan pembibitan dan budidaya yang pelaksanaannya salah satunya melalui Teknologi IB walaupun akseptor IB masih bekisar 40% dari jumlah betina produktif selebihnya melalui kawin alam.
Pelaksanaan teknologi IB di Indonesia memberikan dampak pada peningkatan mutu genetik ternak di masyarakat (sapi menjadi jauh lebih besar) dan mencegah penyakit menular strategis pada ternak (menurunkan angka kematian ternak), keuntungan lainnya adalah peningkatan produktifitas ternak yang pada akhirnya peningkatan pendapatan petani dan tercukupinya kebutuhan daging di Indonesia. Seperti kita ketahui bahwa pejantan unggul untuk dihasilkan semen bekunya telah lolos dari uji performans (performance test) atau uji zuriat (progeny testing) untuk menghasilkan elite bull atau proven bull dan mempunyai silsilah tetuanya (pedegree) disamping telah lolos dari 13 penyakit menular strategis.
Kegiatan IB di masyarakat telah menyebar ke masyarakat dibuktikan dengan  dilakukan di berbagai daerah, mulai Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTB dan NTT, dan bahkan sekarang mulai diaplikasikan di Papua melalui program GBIB (Gertak Birahi Inseminasi Buatan) dan Penanganan Gangguan Reproduksi. Dan direncanakan pada tahun 2017 melalui Program Kerja Nasional dilaksanakan kegiatan untuk meningkatkan populasi ternak dengan meningkatkan angka kebuntingan. kegiatan tersebut lebih dikenal dengan nama Program Kerja Nasional Melalui Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (PROKERNAS UPSUS SIWAB) 2017. PROKERNAS UPSUS SIWAB yang direncanakan dapat menghasilkan sapi betina induk bunting sebanyak 3,000,000 ekor pada tahun 2017 dari target 4,000,000 ekor melalui kegiatan yang terintegrasi dengan IB sebagai prioritas. Upaya ini dilakukan dengan menyusun strategi berupa pendampingan secara bersama dan terkoordinir untuk kegiatan akselerasi IB melalui gangrep dan gertak birahi, pendampingan pencatatan, penyelamatan betina produktif dan asuransi ternak.
Saat ini peternak banyak memilih menggunakan semen beku untuk kegiatan IB berasal dari produsen terbesar di Indonesia adalah Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari. Balai ini merupakan UPT dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Sampai saat ini BBIB Singosari telah melakukan layanan penjualan semen beku untuk pangsa pasar dalam negeri juga merambah ekspor semen beku menjangkau pasar internasional dengan jumlah produksi total sebanyak 38 juta straw lebih.
Akhirnya harapan kita semua dengan pemantapan program IB secara nasional oleh BBIB Singosari dapat memenuhi kebutuhan daging Nasional dan meningkatkan pendapatan petani peternak melalui peningkatkan mutu genetik dan populasi ternak di Indonesia.
Hari natal dan tahun baru sudah dekat, dari tahun ke tahun menjelang memasuki hari besar tersebut persoalan harga ternak sapi dan kambing domba maupun daging merah menjadi topik yang hangat dibicarakan. Seperti tahun tahun sebelumnya memasuki bulan Desember harga ternak sapi, kambing dan domba di pasar ternak tradisional di Jawa Timur melonjak mencapai lebih dari  45 ribu/ Kg berat hidup dimana pada saat bukan hari besar masih sekitar 38-40 ribuan/Kg. Disatu sisi hal ini menjadi kesempatan bagi peternak untuk mencari keuntungan disisi lainnya menyebabkan kebutuhan ternak maupun daging dimasyarakat menjadi tinggi. Momen ini banyak dilakukan peternak untuk memilih menunda menjual ternaknya di bulan-bulan sebelumnya dan menjualnya sekarang demi mendapat keuntungan lebih.
Dilihat aspek populasi dalam memenuhi kebutuhan daging dan ternak tahun 2016 menunjukan jumlah ternak di Indonesia diperkirakan sapi potong sebanyak 13.597.154 ekor, kambing 20.707.000 ekor dan domba 18.160.000 ekor (Renstra Ditjen PKH, 2015). Sedangkan kebutuhan konsumsi daging merah dalam negeri (sapi, kambing dan domba) dalam 1 tahun  sebanyak 675 ribu ton termasuk kebutuhan hari besar nasional. Pemenuhan kebutuhan daging merah tersebut salah satunya diperoleh dari peternakan rakyat, oleh karena itu perlu ada replecement stock secara teratur sehinggga proporsi populasi ternak produktif dapat terjaga. Replecement stock diperoleh melalui kegiatan pembibitan dan budidaya yang pelaksanaannya salah satunya melalui Teknologi IB walaupun akseptor IB masih bekisar 40% dari jumlah betina produktif selebihnya melalui kawin alam.
Pelaksanaan teknologi IB di Indonesia memberikan dampak pada peningkatan mutu genetik ternak di masyarakat (sapi menjadi jauh lebih besar) dan mencegah penyakit menular strategis pada ternak (menurunkan angka kematian ternak), keuntungan lainnya adalah peningkatan produktifitas ternak yang pada akhirnya peningkatan pendapatan petani dan tercukupinya kebutuhan daging di Indonesia. Seperti kita ketahui bahwa pejantan unggul untuk dihasilkan semen bekunya telah lolos dari uji performans (performance test) atau uji zuriat (progeny testing) untuk menghasilkan elite bull atau proven bull dan mempunyai silsilah tetuanya (pedegree) disamping telah lolos dari 13 penyakit menular strategis.
Kegiatan IB di masyarakat telah menyebar ke masyarakat dibuktikan dengan  dilakukan di berbagai daerah, mulai Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTB dan NTT, dan bahkan sekarang mulai diaplikasikan di Papua melalui program GBIB (Gertak Birahi Inseminasi Buatan) dan Penanganan Gangguan Reproduksi. Dan direncanakan pada tahun 2017 melalui Program Kerja Nasional dilaksanakan kegiatan untuk meningkatkan populasi ternak dengan meningkatkan angka kebuntingan. kegiatan tersebut lebih dikenal dengan nama Program Kerja Nasional Melalui Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (PROKERNAS UPSUS SIWAB) 2017. PROKERNAS UPSUS SIWAB yang direncanakan dapat menghasilkan sapi betina induk bunting sebanyak 3,000,000 ekor pada tahun 2017 dari target 4,000,000 ekor melalui kegiatan yang terintegrasi dengan IB sebagai prioritas. Upaya ini dilakukan dengan menyusun strategi berupa pendampingan secara bersama dan terkoordinir untuk kegiatan akselerasi IB melalui gangrep dan gertak birahi, pendampingan pencatatan, penyelamatan betina produktif dan asuransi ternak.
Saat ini peternak banyak memilih menggunakan semen beku untuk kegiatan IB berasal dari produsen terbesar di Indonesia adalah Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari. Balai ini merupakan UPT dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Sampai saat ini BBIB Singosari telah melakukan layanan penjualan semen beku untuk pangsa pasar dalam negeri juga merambah ekspor semen beku menjangkau pasar internasional dengan jumlah produksi total sebanyak 38 juta straw lebih.
Akhirnya harapan kita semua dengan pemantapan program IB secara nasional oleh BBIB Singosari dapat memenuhi kebutuhan daging Nasional dan meningkatkan pendapatan petani peternak melalui peningkatkan mutu genetik dan populasi ternak di Indonesia.