Oleh :

Muhammad Tegar Kusmahidayat Konenda S.Pt.

Pengawas Bibit Ternak Ahli Pertama

 

Para pelaku usaha peternakan melakukan berbagai usaha dalam meningkatkan produktifitas ternak. Namun, seringkali peningkatan produktifitas hanya dilakukan dengan modifikasi pakan dan upaya pengontrolan lingkungan, dan melupakan faktor genetik. Padahal faktor genetik adalah salah satu faktor yang sangat menentukan produktifitas ternak. Contohnya saja, penelitian-penelitian terdahulu menyebutkan bahwa lebih dari 40% produksi susu sapi perah dipengaruhi oleh genetik.  Pertanyaannya adalah, bagaimana kita meningkatkan produktifitas ternak dengan mempertimbangkan faktor genetik?, salah satunya caranya dengan melakukan seleksi. Memilih ternak dengan memiliki produktifitas dari populasi kemudian mengembangkiakannya. Nah, ada satu hal  yang bisa dikatakan hal terpenting dalam melaksanakan seleksi yaitu heritabilitas.

Apa itu heritabilitas?

Pada umumnya pengertian heritabilitas bisa dibagi dua. Pertama, heritabilitas dalam arti luas (broad sense), yaitu perbandingan antara ragam genetik yang merupakan gabungan dari ragam genetik aditif, dominan dan epistasis, dengan ragam fenotipik.

Heritabilitas dalam arti luas hanya dapat menjelaskan berapa bagian dari keragaman fenotipik yang disebabkan oleh pengaruh genetik dan berapa bagian pengaruh faktor lingkungan, namun tidak dapat menjelaskan proporsi keragaman fenotipik pada tetua yang dapat diwariskan pada turunannya. Diketahui bahwa genotipe seekor ternak tidak diwariskan secara keseluruhan pada turunannya. Keunggulan seekor ternak yang disebabkan oleh gen-gen yang beraksi secara dominansi dan epistasis akan terpecah pada saat proses pindah silang dan segregasi dalam meoisis. Oleh karena itu, heritabilitas dalam arti luas tidak bermanfaat dalam pemuliaan ternak.

Kedua, heritabilitas dalam arti sempit (narrow sense) yaitu perbandingan antara ragam genetik additif dengan ragam fenotipik. Heritabilitas dalam arti sempit selanjutnya disebut heritabilitas atau dengan notasi h2.

 

Pentingkah Kita mengetahui Heritabilitas?

Heritabilitas merupakan salah satu pertimbangan paling penting dalam melakukan evaluasi ternak, metode seleksi dan sistem perkawinan. Secara lebih spesifik heritabilitas merupakan bagian dari keragaman total pada sifat-sifat yang disebabkan oleh perbedaan genetik diantara ternak-ternak yang diamati. Heritabilitas merupakan perbandingan antara ragam genetik terhadap ragam fenotipik. Ragam fenotipik dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.

Heritabilitas merupakan sebagian deskripsi dari satu sifat dalam satu kelompok ternak pada beberapa kondisi. Variasi mungkin terjadi selama periode waktu yang sama antar kelompok ternak atau variasi dalam kelompok ternak yang sama dalam waktu yang berbeda. Secara alami perbedaan ini mungkin terjadi karena perbedaan genetik dan perbedaan lingkungan sekitarnya dari kelompok ke kelompok dari tahun ke tahun.

Secara teoritis nilai heritabilitas berkisar dari 0 – 1, namun jarang ditemukan nilai ekstrim nol atau 1 pada sifat kuantitatif ternak. Sifat produksi yang memiliki nilai heritabilitas nol adalah sifat dimana semua keragaman fenotipik pada ternak disebabkan semata-mata oleh pengaruh faktor lingkungan, dan diasumsikan pengaruh genetik tidak ada sama sekali. Nilai heritabilitas 1 menunjukkan sifat kuantitatif dimana semua keragaman sifat disebabkan oleh faktor genetik.

Nilai heritabilitas dibedakan atas tiga kategori yaitu kecil, sedang dan besar. Nilai heritabilitas dikatakan kecil (rendah) jika nilainya 0 – 0,2; sedang: 0,2 – 0,4 dan besar (tinggi) jika bernilai lebih dari 0,4. Preston dan Willis (1974) mengklasifikasikan nilai heritabilitas, dikatakan rendah jika kurang dari 0,25, sedang jika nilainya 0,25 – 0,50 dan besar jika bernilai lebih dari 0,50. Menurut Hardjosubroto (1994), nilai heritabilitas dikatakan rendah apabila bernilai kurang dari 0,10; sedang jika nilainya antara 0,10 – 0,30 dan tinggi jika lebih dari 0,30.

Bagaimana Cara Menghitung Heritabilitas

Banyak cara untuk memperoleh nilai heritabilitas. Satu cara dengan lainnya belum tentu memberikan nilai yang persis sama. Cara perhitungan heritabilitas biasanya merupakan pendugaan heritabilitas berdasarkan komponen ragam. Pada umumnya dilakukan terhadap populasi awal yang baru terbentuk.

Metode pendugaan heritabilitas yang lain adalah melalui regresi. Dalam pemuliaan, metode ini dikenal dengan regresi parent-off spring (regresi PO). Pendugaan heritabilitasnya didasarkan pada hubungan kekerabatan, yaitu saudara tiri (halfshib) dan saudara kandung (fullshib). Untuk kawin silang, bila progeny (keturunan) saudara tiri diregresikan dengan tetua tunggal, maka berlaku h2 = 2b, di mana b = Cov (P,O)/Var (P). Sedangkan untuk kawin silang bila saudara sekandung diregresikan dengan mid parent antara F1 dan F2, atau F2 dan F3, dan seterusnya, maka berlaku h2 = b. Dengan P-O regression ini pendugaan dapat berbias bila asumsi yang digunakan (tidak ada hubungan antara tetua P1 dan P2 atau peran gen tidak aditif, atau skala yang berbeda) tidak berlaku sehingga untuk pengujian lebih lanjut terdapat koreksi yang disebabkan oleh hubungan tersebut.

Untuk pendugaan heritabilitas dalam arti luas dengan cara lain, secara sederhana dapat memperoleh dengan jalan menanam dalam satu percobaan, kedua populasi F1, F2 dari individu tersebut. Keragaman F1 merupakan ragam lingkungan, sedangkan ragam pada F2 adalah ragam genetik dan ragam lingkungan. Dengan demikian heritabilitas dari karakter tersebut adalah :

h2bs = σG2/(σG2 + σE2) = (σF22 – σF12)/σF22

Contoh yang lain adalah apabila kita mempunyai satu set dari populasi kedua tetua (A dan B), F1 dari A x B, Silang balik F1 ke masing-masing tetua [BC1 = ( A x B ) B dan BC2 = ( A x B ) A], dan F2 dari persilangan A x B. Pendugaan heritabilitas berdasarkan populasi ini akan lebih baik karena lebih telitinya pendugaan ragam lingkungan, yakni berdasarkan rata-rata dari A , B dan A x B. Ketiga populasi ini diharapkan tidak bersegregasi dan memberikan nilai ragam lingkungan yang lebih baik dari pada ragam F1 saja. Dengan mengikutsertakan induk kedua tetua, F1, BC1, BC2 , dan F2 maka kita bisa menduga heritabilitas dengan arti sempit, dalam hal ini :
h2ns = 1/2 x σA2/(1/2 σA2 + 1/4 σD2 + σE2), di mana pembilang dapat diperoleh dari : 2σF22 – (σBC12 + σBC22). Sedang penyebut adalah ragam dari F2 sendiri.

PUSTAKA

Gunadi, B. Robisalmi, A., Setyawan P., Dan Lamanto. 2015. Nilai Heritabilitas Dan Respons Seleksi Populasi F-3 Benih Ikan Nila Biru(Oreochromis Aureus) Pada Fase Pendederan. Balai Penelitian Pemuliaan Ikan

 

Kurnianto, Edi. 2009. Pemuliaan Ternak. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Noor, Ronny Rachman. 2010. Genetika Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rusfidra. A.2006. Manfaat Heritabilitas dalam Pemuliaan Ternak.  https://bunghatta.ac.id/artikel-138