Peternakan salah satu sektor penting di Indonesia. Saat ini banyak program yang digelontorkan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas peternakan di Indonesia terutama pada ternak Sapi dalam rangka mencapai swasembada protein hewani. Salah satu upaya dalam mencapai hal tersebut adalah dengan program seleksi, Seleksi sangat penting untuk meningkatkan kualitas ternak baik dari segi produksi atau reproduksi. Seleksi itu sendiri diartikan sebagai upaya yang dilakukan dalam memilih ternak yang mempunyai keunggulan genetik paling baik atau lebih dari rata-rata populasi sehingga ternak pilihan tersebut. Nah, terdapat satu istilah dalam dalam program seleksi yang sangat menentukan bagi keberhasilan program seleksi yaitu Estimated Breeding Value atau EBV.
EBV adalah??
EBV atau bisa juga disebut dengan Nilai Pemuliaan adalah sebuah ukuran yang mencerminkan kemampuan penurunan sifat genetik dari tetua ke keturunannya. Dalam perhitungan EBV, performa individu yang berada dalam kelompok langsung dibandingkan dengan rata-rata performa kelompok tersebut, dengan catatan performa yang diukur dalam umur, manajemen, dan jenis kelamin yang sama.
EBV diekspresikan dengan unit pengukuran setiap sifat kuantitatif yang ingin ditampilkan. Seperti contoh EBV untuk bobot sapih sapi A adalah +30kg, artinya bahwa sapi A memiliki kualitas genetik pada bobot sapih 30kg lebih banyak dari populasi. Contoh lainnya seperti, nilai EBV bobot sapi B umur dewasa (ME=Mature Equivalent) adalah – 40 kg, artinya bahwa sapi B memiliki kualitas genetik rendah sebanyak 40 kg dibandingan dengan populasi.
Kenapa harus Menggunakan EBV?
Banyak sifat-sifat pada ternak yang bernilai ekonomis namun tidak tampak dari fisik ternak tersebut pada saat proses seleksi. EBV merupakan alat yang teruji dalam memprediksi sifat-sifat ternak yang bernilai ekonomis yaitu laju perumbuhan, efisiensi reproduksi, kualitas karkas, dan ketahanan terhadap penyakit.
Sifat dan Nilai EBV yang dibutuhkan dalam Seleksi
Seleksi tidak hanya bisa melihat nilai EBV dalam 1 sifat saja tetapi juga perlu dilihat nilai EBV lainnnya yang terkait dengan tujuan seleksi kita, seperti contohnya kita ingin mendapapatkan sapi dengan produktifitas yang baik, maka tidak hanya EBV bobot lahir saja kita lihat tetapi juga bobot sapih, bobot dewasa, sampai juga EBV tingkat kemudahan beranak (Calving ease). Dibawah ini adalah sifat-sifat yang biasanya digunakan dalam seleksi.
- Calving ease (%) adalah tingkat kemudahan beranak, berat lahir, dan lama bunting. Nilai EBV positif pada sifat ini menunjukan bahwa tingkat kemudahan beranak baik atau minim terjadinya kesulitan pada saat beranak.
- Birth Weight (kg) atau berat lahir adalah berat pedet sesaat setelah lahir. Selain Birth Weight, parameter yang digunakan dalam mengukur produktifitas adalah berat 200 hari berat 400 hari berat 600 hari dan berat dewasa.
- Scrotal Size (cm) atau lingkar scrotum diukur pada saat sapi umur 400 hari. Lingkar scrotum mencerminkan kemampuan reproduksi jantan terutama dalam menghasilkan semen. Lingkar scrotum juga sangat berkorelasi positif dengan umur dewasa kelamin
- Milk (kg) atau produksi susu mencerminkan kemampuan induk dalam memproduksi susu. Parameter ini juga bisa digunakan untuk seleksi pejantan, yang mencerminkan bahwa keturunan betina dari pejantan tersebut memiliki kemampuan produksi sesuai dengan EBV nya.
- Days to Calving (days) mencerminkan fertilitas dari ternak tersebut. Days to Calving diukur dari pertama kali kawin sampai dengan beranak. Nilai Days to Calving negatif mencerminkan fertilitas yang tinggi
BAGIKAN