Oleh : Drh. Koko Wisnu (Medik Veteriner Muda)

Cedera pada prepusium sapi pejantan biasanya terjadi pada suatu musim kawin dalam suatu ranch namun kejadiannya di Balai Inseminasi Buatan seperti di BBIB Singosari kasus ini baru pertama kali terjadi. Kami melakukan khitan (sirkumsisi) terhadap prepusium pejantan sapi Brangus.  Bukannya “melakukan” namun hal tersebut “harus kami lakukan” untuk keselamatan pejantan tersebut. Prepusium si Teruna nama sapi Brangus tersebut mengalami nekrosis atau kerusakan sel jaringan yang disertai dengan adanya infeksi.  Secara umum prepusium sapi Brangus sama dengan prepusium sapi brahman dimana prepusium memiliki tipe seperti pendulum.

Prepusium yang ideal untuk pejantan tidak melebihi garis horizontal imajiner yang dibentuk oleh siku kaki belakang dan siku kaki depan namun satu satunya sapi Brangus yang kita miliki memiliki perkecualian.  Faktor umur mungkin mempengaruhi kondisi ini dimana si Teruna sendiri telah berusia 10 tahun.  Namun yang perlu diperhatikan kejadian ini sendiri berawal dari kondisi yang kita sebut dengan “Prolapus

Prepusium”. Prolapsus prepusium adalah suatu kondisi dimana mukosa prepusium sapi pejantan cenderung selalu keluar dan turun dimana dalam kondisi normal prepusium sapi lebih sering tertarik ke atas.  Faktor yang mempengaruhi prolapsus prepusium adalah ukuran lubang prepuisum, panjang prepusium, hypoplasia atau aplasia otot retraktor prepusium dan hipotonus otot retraktor penis. Dengan selalu keluarnya prepusium   cedera pada prepusium bisa sering terjadi.

Cedera bisa saja berawal dari luka abrasi (lecet) akibat gesekan prepusium dengan lantai kandang saat pejantan berbaring dan bangun, bisa pula luka laserasi (robek) akibat kuku pejantan saat melakukan penggarukan di bagian abdomen dalam merespon gigitan lalat penghisap darah.  Apapun lukanya, saat kontak dengan lantai kandang yang cenderung kotor pasti akan diikuti infeksi dan nekrosis pada prepusium pejantan. Sirkumsisi yang kami lakukan sukses membuang jaringan nekrotik pada prepusium dan mengurangi panjang prepusium.  Kami melakukan pelepasan benang jahit pada mukosa prepusium dan secara umum tidak terdapat pendarahan dan infeksi baru pada luka bekas jahitan dan bagian dalam prepusium tidak pernah nampak turun keluar setelah tindak sirkumsisi.

Tindak sirkumsisi ini bukan tanpa resiko, keloid yang terbentuk setelah sirkumsisi bisa menghalangi keluarnya penis atau tertahannya urin di dalam prepusium. Keloid memang terbentuk pasca sirkumsisi, namun dengan perawatan yang rutin keloid tidak sampai menutup prepusium sehingga urin masih bisa keluar walau ujung penis hanya bisa keluar sepanjang 10 cm dan belum bisa keluar sempurna.  Setidaknya itulah capaian kita dalam kasus pertama sirkumsisi pada prepusium sapi pejantan di BBIB Singosari, dimana banyak yang perlu dievaluasi dan banyak yang perlu diperbaiki di masa yang akan datang. 

Pustaka
Anonymus. 2013. Conformation of The Preputium.Brahman – April 2013.
Boeredag : Limpopo Brahman Promosiedag (Departemen of Landbau) South Africa.Hal 62 - 70 Hooper Neil.
2004. Surgical Management of Preputial Injuries in Bulls. Proceedings of the 23rd World Buiatrics Congress Quebec Canada