Desa Berpotensi Jadi Hub untuk Pemberdayaan dan Pengembangan Peternak Sapi Perah

Susu merupakan salah satu sumber pangan asal hewani yang sangat penting perannya dalam meningkatkan status gizi seseorang.

Diketahui, Kementan mencatat kebutuhan susu segar Indonesia pada 2024 mencapai 4,7 juta ton. Namun, produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi 1 juta ton atau sekitar 21 persen dari total kebutuhan.

Sebanyak 79 persen susu yang dikonsumsi masyarakat Indonesia masih berasal dari impor. Konsumsi susu per kapita per tahun mencapai 16,43 kilogram.

Kementan memperkirakan kebutuhan susu segar nasional pada 2029 mencapai 8,5 juta ton. Angka ini terdiri atas 4,9 juta ton kebutuhan susu reguler dan 3,6 juta ton susu untuk program makan bergizi gratis, yang merupakan salah satu program prioritas Presiden Prabowo Subianto.

Untuk itu, peternak sapi perah membutuhkan dukungan semua pihak untuk meningkatkan skala ekonomi dan memanfaatkan lahan yang tersedia secara efisien.

Apalagi realitas di masyarakat, aneka produk susu dan olahan makin hari makin berkembang. Artinya, permintaan itu ada dan cenderung bertumbuh di tengah kesadaran publik akan pentingnya pangan bergizi seperti susu sebagai salah satu sumber protein hewan.

Salah satu program yang fokus untuk pemberdayaan peternak sapi perah adalah Dairy Village, yang diinisiasi pada 2016. Program ini mengembangkan desa sebagai ‘hub’ yang berisi 5-10 peternak beserta sapi-sapi mereka, bergabung di satu lokasi, untuk meningkatkan skala ekonomi dan memanfaatkan lahan yang tersedia secara efisien.

‘Hub’ atau desa ini akan memberikan layanan konsultasi profesional kepada para peternak sekaligus bertindak sebagai tempat pengumpulan susu dengan unit pendingin, di mana kualitas susu akan diuji dan susu akan didinginkan.
Di Dairy Village semua kegiatan dimonitor dengan baik bersama, begitu juga dengan hasilnya dievaluasi bersama.

“Melalui diskusi, kami tidak hanya menemukan masalah, tetapi juga mendapatkan solusi bersama,” kata Kamaludin, salah satu peternak sapi perah di Jakarta, Rabu (18/12/2024).

Selama tujuh tahun terlibat di Dairy Village, Kamaludin mengatakan telah mendapatkan banyak pelajaran yang tidak dimiliki sebelumnya. Seperti pelajaran sederhana tentang kesehatan sapi perah, cara memberi makan yang tepat, dan cara pengambilan sampel yang benar di mana sebelumnya, karena bekerja sendiri, dia sering merasa tidak yakin apakah sudah melakukannya dengan benar atau tidak.

Melalui Dairy Village mereka akhirnya memahami pentingnya memerah susu dengan cara yang benar sesuai standar, termasuk mengukur hasil dan pemantauan bakteri.

Kamaludin bersemangat untuk melanjutkan kiprahnya di Dairy Village dan menurutnya program pengembangan kapasitas seperti ini perlu terus dipertahankan.

Hal ini dikarenakan masih banyak peternak sapi perah yang tidak hanya kurang mampu, tetapi juga kurang mengetahui, bahkan dalam memilih rumput yang berkualitas atau bagaimana menghasilkan konsentrat yang ideal untuk pakan, cara yang benar dalam merawat sapi, atau memerah susu.

“Mereka hanya fokus pada kuantitas dan bukan pada peningkatan kualitas produksi susu,” katanya.

Kamaludin juga mengatakan, bahwa sudah banyak peternak sapi perah di luar sana yang sudah memanfaatkan teknologi mesin untuk meningkatkan kualitas susu segar yang dihasilkan, yang menurutnya mereka terinspirasi dari program Dairy Village ini.
Perjalanan Kamaludin sebagai peternak sapi perah diawali dengan dirinya yang baru saja lulus dari kursi Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada saat itu Kamaludin sedang mencoba untuk mencari pekerjaan, namun karena tingkat pendidikannya yang tidak terlalu tinggi, Kamaludin sempat kesulitan untuk mencari pekerjaan.

Sampai akhirnya ia melihat usaha yang dijalankan orang tua nya, Kamaludin berpikir bahwa usaha ini dapat membuahkan hasil untuk dirinya dan keluarganya. Pada saat itu Kamaludin mulai membantu usaha orang tua nya dari hal-hal kecil seperti memotong rumput, membersihkan kendang, memberi makan sapi, dan sebagainya.

Setelah menjalaninya selama beberapa waktu, orang tua dari Kamaludin merasa bahwa dirinya telah siap untuk melanjutkan usaha mereka, sehingga usaha sapi perah ini diwariskan kepada Kamaludin.

Pada awalnya, Kamaludin tidak memiliki sapi perah yang banyak, karena orang tua nya pada saat itu hanya mewariskan 2 ekor saja kepada dirinya.

Mengetahui hal ini tidak cukup untuk membuat usahanya maju, Kamaludin mengajukan pinjaman kepada bank untuk bisa membeli 3 ekor sapi perah yang sehat dan segar.

“Meskipun waktu itu saya belum memiliki peternakan sendiri, saya sangat bangga menjadi peternak sapi perah. Tahun demi tahun berlalu, hingga akhirnya saya bisa memiliki sapi perah sendiri, dan meyakinkan saya bahwa menjadi seorang peternak adalah hal yang saya inginkan. Semangat itu terus tumbuh hingga hari ini,” ucap pria 37 tahun itu.

Setelah beberapa tahun menggeluti bidang ini, Kamaludin berkesempatan untuk mengikuti program Dairy Village yang diadakan oleh PT Frisian Flag Indonesia bermitra dengan Koperasi KPSBU Lembang pada tahun 2016.
Setelah melewati beberapa proses seleksi, diantara 200 lebih peserta yang mendaftar, Kamaludin terpilih menjadi salah satu dari 5 peserta terpilih untuk bergabung di program Dairy Village.

Setelah menunggu selama 2 tahun lamanya, Kamaludin akhirnya bergabung ke dalam program Dairy Village pada tahun 2018 yang mendapatkan pelajaran berharga dari peternak-peternak sapi perah sukses dari Belanda.

Lewat program ini Kamaludin belajar menerapkan good dairy farming practices di peternakannya dan akhirnya membuat pendapatannya meningkat.

Kamaludin mengatakan bahwa dalam program Dairy Village, mereka mengikuti sejumlah pelatihan dan lokakarya. Beberapa peternak Belanda yang sukses didatangkan langsung dari negaranya untuk berbagi ilmu mengenai good dairy farming practices.

Hal itu, kata Kamaludin, telah membuka pola pikir dan membantu mereka membangun kebiasaan dan rutinitas baru yang lebih baik, yang berdampak besar pada kualitas dan produktivitas.

“Secara pribadi, selain peningkatan pendapatan, di Dairy Village, cara berpikir dan bekerja kami berkembang, karena kami bekerja sebagai tim, semua dilakukan bersama-sama,” ucap Kamaludin. (*)

sumber berita: https://investor.id/business/383999/desa-berpotensi-jadi-hub-untuk-pemberdayaan-dan-pengembangan-peternak-sapi-perah