Nama : Muhammad Tegar K.K.
Pengawas Bibit Ternak Ahli Muda
Ternak adalah hewan berdarah panas yang membutuhkan suhu lingkungan yang sesuai agar proses metabolisme bisa berlangsung dengan normal. Kebutuhan akan kesesuaian suhu lingkungan dikenal dengan suhu Termoneutral Zone. Termoneutral Zone adalah kisaran temperatur tubuh yang dipengaruhi oleh lingkungan yang diperoleh hanya dari heat loss (pengeluara panas tubuh) tanpa adanya perubahan produksi panas metabolik (Kingma et al., 2014). Kisaran Termoneutral Zone berbeda-beda tergantung pada spesies ternak, status fisiologi ternak, kelembapan, kecepatan udara,dan derajat radiasi sinar matahari (NRC,1981) Apabila suhu perubahan lingkungan sangat signifikan diluar suhu Termoneutral Zone maka akan ada dampak negatif bagi ternak. Suhu lingkungan yang dingin ekstrim atau panas ekstrim akan mengakibatkan stress pada ternak atau yang disebut dengan heat strees. Heat stress diakibatkan adanya ketidakseimbangan antara jumlah energi yang dikeluarkan ternak ke lingkungan dengan jumah energi yang diproduksi oleh tubuh ternak. Ketidakseimbangan tersebut merupakan akibat dari perubahan faktor lingkungan (cahaya matahari, radiasi matahari, suhu lingkungan), profil ternak (tingkat metabolisme dan kehilangan cairan tubuh), dan mekanisme termoregulatori (konveksi, radiasi, konveksi) (St.Pierre et al., 2003). Tentunya Heat stress mengakibatkan proses metabolisme tubuh ternak tidak normal sehingga berdampak pada penurunan produktifitas ternak. Secara umum heat stress baik itu akibat cekaman suhu dingan atau panas, akan mengakibatkan :
- Penurunan Produktifitas Ternak
Penurunan produktifitas akibat heat stress baik cekaman suhu panas atau dingin hampir terjadi pada semu jenis ternak baik sapi perah, sapi potong, unggas dan lainnya. Pada kasus heat stress akibat cekaman suhu panas, penurunan produktifitas ternak dimulai dengan penurunan konsumsi bahan kering. Kurangnya bahan kering yang dikonsumsi oleh tubuh ternak mengakibatkan kurangngnya nutrisi untuk kebutuhan metabolisme tubuh, sehingga berdampak pada produktifitas ternak yang menurun. Kasus ini banyak terjadi pada sapi perah, dan beberpa kasus pada unggas dan ternak potong (St. Pierre et al., 2003) . Pada kasus cekaman suhu dingin, terjadi sebaiknya konsumsi bahan kering meningkat namun konsumsi bahan kering tersebut dominan digunakan untuk menghasilkan energi panas tubuh dan bisanya energi yang digunakan untuk produktifitas berkurang.
- Infertilitas atau kelainan Reproduksi
Kasus infertilitas atau kelainan reproduksi biasanya terjadi pada ternak akibat dari cekaman suhu panas. Heat stress berdampak pada banyak sekali unsur reproduksi baik itu tingkah laku seksual ternak sampai menggangu sistem hormonal pada siklus reproduksi. Heat stress mengurangi ekspresi estrus ternak, perkembangan folikular pada ovarium, pertumbuhan dan fungsi dari folikel dominan, kemampuan oocit, dan mengganggu perkembangan embrionik. Akibat dari semua hal tersebut yaitu adalah penurunan kualitas reproduksi baik pada ternak jantan atau betina (St.Pierre et al., 2003).
- Kematian
Heat stress yang yng ekstrim dan berkepanjangan akan menyebabkan kematian pada ternak, sebagai akibat dari negative energy balance yang terus menerus yang akhirnya mengakibatkan tidak adanya energi yang bisa digunakan untuk proses metabolisme (Evans et al., 2000).
DAFTAR PUSTAKA
Boris RM Kingma, Arjan JH Frijns, Lisje Schellen, and Wouter D van Marken Lichtenbelt. 014. Beyond the classic thermoneutral zone Including thermal comfort. Multidisciplinary Biomedical Journal. 1:2, 142–149
Evans, R. D., R. K. Edson, K. L. Watkins, J. L. Robertson, J. B. Meldrum, and M. N. Novilla. 2000. Turkey knockdown in successive flocks. Avian Dis. 44:730–736.
National Research Council. 1981. Effect of environment on nutrient requirements of domestic animals. Natl. Acad. Sci., Washington, DC.
- R. St-Pierre, B. Cobanov, and G. Schnitkey.2003. Economic Losses from Heat Stress by US Livestock Industries. J. Dairy Sci. 86:(E. Suppl.):E52–E77