Ternak Sapi dapat menunjukkan gejala sakit yang terjadi secara tiba-tiba, salah satunya yaitu kembung atau disebut Bloat yaitu keadaan dimana rumen mengembang atau membesar akibat kelebihan gas yang tidak bisa cepat keluar (Bambang dan Sudarmono, 2008). Dalam proses pencernaan protein membutuhkan mikroorganisme, dimana mikroorganisme ini menghasilkan ekskresi berupa gas. Apabila gas ini tidak bisa keluar dan terjadi penumpukan maka terjadilah kembung atau bloat. Penyebab primer adalah akibat dari fermentasi makanan yang berlebihan selanjutnya ternak tidak mampu mengeluarkan gas, sehingga gelembung-gelembung gas terakumulasi, hal ini lah yang menyebabkan kembung. Sedangkan penyebab sekunder berupa gangguan yang bersifat fisikal yang terjadi pada daerah esophagus disebabkan oleh benda asing, stenosis atau tekanan dari perluasan jalan keluar esophagus. Makanan yang difermentasi atau hijuan segar yang banyak mengandung air dan berprotein tinggi dapat menjadi penyebab terjadinya bloat. Hijuan leguminosa mudah berfermentasi dan mengeluarkan gas. Oleh sebab itu pemberian hijauan leguminosa segar yang berlebihan juga dapat menyebabkan bloat. Pemberiaan makanan konsentrat yang terlalu banyak dapat pula menyebabkan bloat, terutama konsentrat yang mulai busuk. Rumput basah atau berembun dapat juga menjadi penyebab bloat.
Bloat merupakan penyebab utama kematian mendadak pada ternak, biasanya kejadian kembung tidak teramati, seperti pada sapi yang digembalakan, sapi penggemukan atau sapi perah dalam masa kering. Pada sapi perah yang sedang laktasi, dimana terobservasi secara teratur, bloat biasanya lebih cepat teramati. Adapun tanda-tanda yang dapat dilihat adalah : ternak nampak resah karena ada rasa sakit, sisi perut sebelah kiri nampak menonjol (membesar) bila disbanding ukuran normalnya, bila perut ditepuk-tepuk (perkusi) mirip suara drum, berbaring pada posisi bagian kanan bawah, pulsus nadi meningkat, terdengar eruktasi, cenderung menendang dengan kaki belakang, mata merah, namun dapat berubah menjadi kebiruan yang menandakan adanya kekurangan oksigen dan mendekati kematian. Tekanan intra rumen mengakibatkan pembesaran abdomen atau rumen, selanjtnya dapat meningkatkan tekanan di dalam rongga perut dan rongga dada sehingga menyebabkan kesulitan bernafas yang ditandai dengan pernafasan dada yang cepat dan dangkal. Sebaliknya, paru-paru dan sistem peredaran darah jantung tidak bekerja. Apabila kondisi ini berlanjut maka akan terjadi gangguan peredaran darah dan kematian dalam beberapa menit. Angka kematian dapat mencapai 90% jika tidak tertolong. Berikut gambaran yang bisa diliat dari posisi belakang sapi untuk melihat tingkat keparahan dari bloat.
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
- Pemberian komposis pakan antara rumput dan leguminosa sesuai porsinya yang benar
- Melayukan hijauan yang akan diberikan terlebih dahulu
- Beri hijauan kering selama musim hujan sebelum dilepas di padang pengembalaan
- Jangan menggebalakan ternak terlalu pagi karena rumput masih basah
- Hindari memberi ternak dengan rumput atau daun-daunan muda dan tanaman leguminosa (kacang-kacangan) saja
- Jangan membiarkan ternak terlalu lapar
- Jangan memberikan makanan yang sudah rusak/busuk/berjamur
- Hindari pemberian rumput/ hijauan yang terlalu banyak, lebih baik memberikan
sedikit demi sedikit tetapi sering kali.
(DRw)
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi Trisunuwati.2011.Pengantar Ilmu Penyakit Hewan. Malang. Penerbit Elektronik Pertama dan Terbesasar di Indonesia
Sudarmono & Bambang.2008. Sapi Potong + Pemeliharaan , Perbaikan Produksi, Prospekj Bisnis, Analisis Penggemukan. Semarang.Penebar Swadaya.
Bumi Peternakan Wahyu Utama, https://peternakanwahyuutama.blogspot.co.id/2012/06/kembung-bloat-pada-ternak-sapi-etiologi.html[:]