Saduran
Sumber : Journal of Animal Physiology and Animal Nutrition
Oleh : Muhammad Tegar K.K.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Domba adalah salah satu ternak sebgai penghasil daging. Di banyak negara berkembang (termasuk India), kira-kira 40% domba dipotong dengan kondisi termasuk kategori afkir (culling). Peternak di negara berkembang termasuk india tidak terlalu memperhatikan Body Condition Score (BCS) sehingga ternak domba memiliki kualitas yang rendah dan daging yang sedikit. Upaya perbaikan bisa dilakukan dengan memberikan pakan konsentrat selama 90 hari dengan tujuan meningkatkan komposisi karkas dan kualitas daging sehingga dapat diterima oleh konsumen. Namun tingginya biaya dan meningatnya lemak yang signifikan menjadi kendala.
Dalam mengatasi hal tersebut, penelitian sebelumnya telah banyak dilaksanakan dengan cara mengurangi periode pemberian pakan atau dengan penambahan NPN, dan dengan penambahan lemak rumen bypass. Semua peneitian tersebut didasarkan pada pemberian konsentrat yang sangat banyak sehingga berdampak pada penambahan lemak yang berlebih dan berdampak pada rendahnya konversi pakan. Oleh karena itu ha tersebut dapat dikatakan tidak efisien dalam pemberian pakan. Pembentukan lemak tersebut tentu berpengaruh terhadap kualitas daging, mulai dari perubahan rasa, dan warna hingga tingginga asam lemak omega 6 jika dibandingan dengan omega 3. Pemberian konsentrat berlebih juga berpengaruh pada peningkatan kejadian bloat, asidosis, dan laminitis. Solusi yang dapat menggantikan konsentrat adalah pakan komplit yang mengandung hijauan tinggi serat dan konsentrat yang seimbang dan sesuai bagi fisiologis sistem pencernaan domba.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan komplit untuk memperbaiki BCS, sifat karkas, dan jumlah karkas pada domba afkir sebelum pemotongan.

Materi dan Metode

Materi

Penelitian dilaksanakan di Central Sheep and Wool Research Institut, India. Ternak yang digunakan adalah domba afkir sejumlah 41 ekor dengan umur rata-rata diatas 6 tahun dengan bobot 31,4 kg. 5 ekor domba dipotong pada hari ke 0 untuk melihat karakteristik karkas. Sisa ternak berjumlah 36 ekor secara acak dipisahkan menjadi 3 kelompok masing masing berjumlah 12 ekor dan dipelihara secara indifidu dan intensif. Ternak dibolehkan berjalan pada jam 6.00 -8.00 dan jam 17.00-19.00.
Perlakuan Pakan dan Rekording Berat Hidup

Pemberian pakan diberikan secara ad libitum dalam bentuk Complete Feed Blok (CFB) dengan komposisi konsentrat 65%, jerami 30% dan molasses 5%. Pembuata CFB dilakukan dengan mencampur urea dan molasses terlebih dahulu kemudian disemprotkan secara merata di konsentrat dan jerami kemudia di aduk merata dengan menggunakan horizontal mixer. Kemudian campuran tersebut di tekan dengan tekanan 5000 psi (351.5 kg/cm2) menggunakan mesin pressing CFB.

Tabel 1. Komposisi CFB dalam 3 perlakuan yang berbeda

Perlakuan dibagi 3 kelompok yaiu perlakuan pertama sebagai control dengan pemberian rumen protected protein (1% formaldehid trated soy flake) perlakuan kedua control ditabahkan dengan urea dan perlakuan ketiga ditambahkan urea dan rumen protected fat (RPF). RPF adalah sabun calcium yang disiapkan dari rice brain oil. Pembuatan sabun calcium ini dilakukan dngan penambahan anhydrous calcium hydroxide (40% dari jumlah rice brand oil) dilarutkan dalam air sebanyak 15 kali jumah calcium hidroksida kemuduan ditmbahkan dengan asam sulfur (3% dari jumlah dari rice brand oil. Kemudian diaduk selam 25 menit dalam api kecil, kemudin disaring,dicuci dan dikeringkan. Sabun calcium yag sudah jadi memiliki kandungan 63% minyak dan 37% mineral. Perlakuan pada penelitin ini bisa dilihat pada tabel 1. Pemberian perlakuan dilkukn slama 90 hari. Pnimbngan dilkukan setiap seminggu sekali sebelum pemberian pakan. BCS diukur pada hari ke 0 dan ke 90.
Pengambilan sampel dan analisis

Cairan rumen diambil pada hari ke 0 dan 90 menggunakan stomach tube yang ternubung dengan sunction pump. Cairan rumen dianalisis total nitrogen (TN), trichloroacetic acid (TCA) soluble N (Micro Kjeldahl), ammonia nitrogen (NH3-N; Weatherburn, 1967) dan VFA menggunakan gas chromatography. Feses dan pakan juga diambil pada hari ke 0 dan
90. Untuk analisis derivasi purin dianalisis menggunakan enzymatic method dari IAEA dn untuk microbial nitrogen menggunakan metode Chen dan Gomse (1992).
Semua ternak disembelih pada hari ke 90. Berat ditimbang setela penyembelihan dan timbang karkasnya. Kadar air, CP, ether extrak dan kadar abu pada pakan dan feses didapatkan dengan metode AOAC, NDF dan ADF dianalisis dengan Van Soest. Analisis statistic menggunakan mixed model dengan aplikasi SAS.
Tabel 2. Komposisi Nutrisi dari CFB


Hasil dan Pembahasan

Komposisi nutrisi dari setiap perlakuan berbeda nyata hanya pada bebebrapa komponen nutrien seperti lemak kasar, total abu NDF, ADF dan Calsium. Tentunnya perbedaan tersebut diakibatkan adanya penambahan material pakan pada perlakuan CU dan CUF. Penambahan Urea akan meningkatkan kadar N dalam pakan sehingga nilai NDF akan menjadi lebih tinggi. kemudian pada perlakuan CUF terdapat penambahan calsium dan minyak sehingga kadar lemak dalam pakan juga ikut meningkat. Komposisi pakan bisa dilihat pada tabel 2.
Tidak ada perbedaan secara nyata dalam kecernaan bahan kering (table 3). Namun terdapat perbedaan kecernaan pada bahan organik, protein kasar, dan lemak kasar. Kecernaan protein kasar meningkat pada perlakuan CU dan CUF karena adanya tambahan nitrogen dari urea dan pada perlakuan CUF kecernaan lemak kasar meningkat dari pada perlakuan lainnya. Hal ini membuktikan bahwa fungsi rumen protected fat berfungsi dengan baik untuk meningkatkan kecernaanlemak kasar. Sementara itu konsumsi N, N dalam feses, dan N retensi, meningkat pada perlakuan CU dan CUF disebabkan adanya penambahan urea dalam pakan.
Konsumsi pakan harian tidak berbeda nyata pada kelompok perlakuan control dengan CUF namun berbeda nyata dengan kelompok CU (tabel 3). Tidak begitu signifikannya konsumsipakan pada perlakuan CUF ini mungkin saja palatabilitas pakan menjadi rendah diakibatkan adanya penmbahan sabun calsium sehingga palatabilitas pakan menjadi lebih rendah. Sementara konsumsi protein tecerna meningkat pada perlakuan CU dan CUF diakibatkan adanya penambahan N dalam pakan dari urea.

Tabel 3. Kecernaan dan kadar N dalam feses dan urine

Bobot Badan awal (table 4) tidak ada signifikansi secara nyata sehingga bisa disimpulkan bahwa bobot badan awal adalah sama sehingga hasil akhir tidak bisa karena adanya perbedaan pada bobot badan awal. Pada bobot final sebelum potong perlakuan CUF lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, ini diakibatkan karena adananya penambahan sabun calsium yang berfungsi mengikat lemak dan meningkatkan lemak bypass sehingga lemak dapat dicerna. Hal ini sesuai dengan nilai kecernaan lemak pada CUF yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya (CUF) (tabel 3). Pada pertambahan bobot total, perlakuan dengan penambahan sabun calsium paling tinggi yaitu 10 kg selama 90 hari. Begitu juga pada pertambahan bobot badan harian, domba dengan perlakuan CUF dapan

meningkat bobot badanya sebanyak 111 gr per hari. Nilai tersebut merupakan yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan laiinya.
Tabel 4. Konsumsi pakan dan pertambahan Bobot badan

Namun nilai BCS pada tiga perlakuan tidak berbeda nyata secara statisti, tetapi jika dilihat dari nilanya, perlakuan CUF ebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan ainnya yaitu 3,75. Namun apabila kita melihat konfersi pakan, perlakuan CUF ebih efektif karena memiliki nilai yang paling rendah dari pada yang lainnya dengan nilai 9,95. Hal ini bisa diartikan bahwa penambahan N dari urea dan penambahan Rumen Protected Fat berpengaruh terhadap nilai kecernaan. Pemberian RPF meingkatkan nutrient bypass sehingga nutrient tidak banyak terdegradasi oleh bakteri rumen dan berdampak pada peningkatan jumlah nutrient yang tercerna. Nilai nutrient yang tercerna berbanding lurus dengan bobot badan akhir dan pertambahan bobot badan harian yang juga tinggi pada perlakuan CUF. Untuk melihat niali selengkapnya mengenai BCS dan nilai konfersi pakan dapat dilihat pada tabel 4. Pertumbuhan bobot badan per minggu padasetiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 5. Pertambahan bobot badan harian

Tingginya lean yield dan deposisi lemak dikarenakan tingginya CP dan lemak kasar pada otot longisimus dorsi dan tingginya jaringan adipose jika dibandingkan domba pada hari ke dan hari ke 11 (Tabel6). Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa tingkinya konsumsi energi dan protein sebelum pemotongan akan menurunkan otot longisimus dorsi.
Tabel 6.Kualitas karkas setelah pemotongan

Kesimpulan

Penggantian konvensional konsentrat tinggi ptotein dengan bahan yang lebih murah yaitu Urea sebagai sumber N dan memperhitungkan kebutuhan protein dan energi dan efisiensi penggunaaan zat nutrisi tersebut melalui proteksi dari degradasi rumen baik untuk lemak dan protein menjadi sutu keberhasilan. Stratei pemberian complete free blok CFB menghasilkan pertambahan bobot tubuh kompensasi sehingga menaikan bobot potong dan menurunkan persntase tulang.