Oleh: drh Yayuk Kholifah

Fungsional:  (Medik Veteriner Pertama)

 

Kasus prolapsus / prolaps uteri (broyong) adalah kondisi pengeluaran sebagian atau seluruh organ uterus sebagai komplikasi umum yang terjadi pada tahap ketiga kelahiran (yakni setelah fetus berhasil dikeluarkan). Kasus ini lebih sering terjadi pada ternak sapi dan domba. Kasus prolaps pada ruminansia sering mengakibatkan pengeluaran cornua secara keseluruhan, namun pada ternak babi dan anjing, pengeluaran organ biasanya hanya sebagian organ uterus atau salah satu cornua saja.

Sapi yang sudah pernah melahirkan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami prolapsus uteri jika dibandingkan dengan sapi dara. Pada kebanyakan kasus, prolaps uteri terjadi beberapa jam setelah melahirkan, namun ada juga yang terjadi beberapa hari setelah melahirkan.

Faktor penyebab prolapsus uteri masih belum jelas diketahui, namun dapat dikatakan bahwa kasusnya sering terjadi selama tahap ketiga proses melahirkan, yakni beberapa jam setelah pengeluaran fetus dan setelah beberapa cotiledon dari fetus lepas dari carunvula induknya. Satu-satunya dorongan yang bisa memungkinkan untuk mengangkat uterus yang berat dari perut sapi dan keluar dari tubuh adalah perejanan abdominal. Perejanan abdominal sapi pada proses melahikan adalah hal yang normal. Perejanan perut juga tersinkronisasi dengan kontraksi peristaltik dari uterus yang terjadi setiap 3,5 sampai 4 menit. Adanya gaya dorong dari perejanan ini ditambah dengan faktor-faktor lain yang mendukung, disinyalir sebagai penyebab terjadinya kasus prolaps uteri. Gaya gravitasi yang ada pada kondisi kandang yang terlalu miring, serta dorongan organ-organ lain di sekitar uterus seperti vesica yang terisi urine dengan ditambah cairan uterus yang masih tersisa setelah melahirkan, akan menjadi faktor yang menambah peningkatan risiko pengeluaran uterus dari rongga abdominal.

Prognosis dari kasus prolapsus sangat tergantung pada jenis kasusnya, apakah uterus mengalami kerusakan parah selama di luar tubuh serta berapa lama kondisi uterus berada di luar sebelum mendapatkan pengobatan. Namun jika kondisinya langsung tertangani petugas dengan baik segera setelah terjadi, maka prognosanya adalah baik. Kasus prolaps uteri juga bisa menimbulkan kematian akibat adanya pendarahan internal dari pembuluh darah arteri yang putus saat tertarik oleh keluarnya organ uterus. Selain itu organ juga bisa mengalami infeksi dan pengerasan pada endometrium ternak.

Pengembalian organ ke posisi semula adalah penanganan yang wajib bagi ternak yang mengalami prolaps. Pastikan anda segera mendapatkan pertolongan petugas medis untuk mengembalikan posisi uterus. Namun sebelum mendapatkan pertolongan tim medis, sebaiknya peternak melakukan beberapa langkah pertolongan darurat. Jika terjadi kasus prolaps pada ternak dan sapi pada kondisi berbaring, peternak sebaiknya membungkus bagian organ yang keluar dengan kain yang bersih untuk menghindari kontaminasi. Akan tetapi jika sapi dalam kondisi berdiri, maka organ yang keluar harus diberikan kain penyangga, untuk menghindari pendarahan internal akibat putusnya arteri di dalam tubuh.

Uterus yang keluar harus dicuci seluruhnya dengan larutan salin normal yang hangat untuk mengindari kekeringan dan rusak. Jika membran fetus sebagian telah lepas maka petugas biasanya akan melakukan pelepasan membran suluruhnya sebelum uterus dikembalikan. Namun jika pelepasan membran belum terjadi, dan saat dilepas kemungkinan terjadi pendarahan, maka uterus akan dimasukkan langsung tanpa melepas dahulu membrannya satu demi satu. Ternak juga bisa diberikan suntikan anastesi untuk mengurangi perejanan dan antibiotik untuk menghindari adanya infeksi setelah penanganan. Hewan ternak yang sudah dikembalikan posisi organnya sebaiknya ditinggikan posisi bagian belakang tubuhnya untuk menghindari terulangnya kembali kasus prolaps.

 

Sumber bacaan :

Noakes D.E, Parkinson T.J, England G.C.W; 2001; “Arthur’s Veterinary Reproduction and Obstetrics Eight Edition”; Elsevier Limited; ISBN : 978 0 7020 2556 3